Tektonik
lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi
tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan
cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut
teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan
posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara
lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik
yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan
dataran tinggi.
Tahun
1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan
tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya
terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi
oleh lautan yang dainamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini pecah menjadi
benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang ini.
Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur
dan batuan antar benua.
Prinsip
umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku
yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung
bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan
hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat
bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit
yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer
yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang
tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera
sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari
kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya
aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi.
Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau
keduanya.
Lempeng
litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng
Eurasia, Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia.
Lempeng-lempeng tersebut bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km
di dalam selubung dan bersifat kampir melebur atau hampir berbentuk cair).
Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas
lempeng yang dapat berbentuk :
- Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan material dari selubung naik membentuk lantai samudra baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung api.
- Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
- Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak litosfer. Hai ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika.
Pada daerah
konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona
konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.
Tumbukan itu
dapat berupa :
1.
Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan
sudut 45ยบ atau lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
2.
Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan
menyusup di bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api
yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan laut,
maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak
beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
3.
Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua
sehingga menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan ,
terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan
baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan
pegunungan Himalaya.
Penyebab
Lempeng Bergerak
Pendapat yang
banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini adalah karena
adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai energi dalam hal
ini adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi sepanjang waktu.
Konveksi di dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang
mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer samudra lebih berat dari
selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik lempeng ini cukup
kuat untuk menendalikan mantel..
Menurut
teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan
tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain.
Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga
sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini
teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa
bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana
terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng
tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle).
Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan
litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding
kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra
(mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik).
Di
bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena
suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan
ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam
beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa
dilihat pada Peta Tektonik.


Pergerakan Lempeng
(Plate Movement)
Pada
awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu Laurasia dan Gondwana kemudian
kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu benua besar (supercontinent)
yang disebut Pangaea dan satu samudera luas atau yang disebut Panthalassa (270
juta tahun yang lalu). Dari supercontinent ini
kemudian terpecah lagi menjadi Gondwana dan Laurasia (150 jt th yll) dan
akhirnya terbagi-bagi menjadi lima benua seperti yang dikenal dan ditempati
oleh manusia sekarang. Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk
gunung api yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranean yang keduanya melewati
Indonesia.
Mekanisme
penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik Lempeng
sebagai berikut :
1. Penyebab dari pergerakan
benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi (convection current) dari mantle
(lapisan di bawah kulit bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak teratur,
bisa dibayangkan seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang
direbus. Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif
yang menimbulkan panas.
2. Dalam kondisi tertentu dua arah
arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang arahnya ke
atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya.
Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk
gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah permukaan
laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling berhubungan di
muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR
(Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material dari mantle
ke dasar samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dan lebarnya lebih
dari 2000 km, atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya
di daerah benua. MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan
dari lautan Arktik melalui poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat
Benua Afrika dan melingkari benua itu di selatannya menerus ke arah timur ke
Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia dan sampai di Samudera Pasifik.
Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru,
terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran material dari mantle. Batuan
dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari
MOR karena desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan juga tarikan dari
gaya gesek arus mantle yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat
laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus menjauh
dari daerah poros pematang dan ‘mengarungi’ samudera. Gejala ini disebut dengan
Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan
juga busur gunung api serta palung Samudera yang memanjang di tepi-tepi benua
merupakan fenomena yang dapat dijelaskan oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu
dengan adanya proses penunjaman (subduksi). Oleh karena peristiwa Sea Floor
Spreading maka suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan kerak benua
sehingga kerak samudera yang mempunyai densitas lebih besar akan menunjam ke
arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan terbentuk
palung pada sepanjang tepi paparan benua, dan juga akan terbentuk kepulauan
sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang
menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan
benua yang mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing
antara material kerak samudera dengan benua membentuk larutan silikat pijar
atau magma. (Proses mixing terjadi pada kerak benua sehingga tidak akan lebih
dalam dari 30 km di bawah permukaan bumi). Karena sea floor spreading terus
berlangsung maka magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga
akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan
bumi membentuk deretan gunung api. Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
Berdasarkan arah
pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya
(plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform.
Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan
simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1.
Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik
yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik
pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada
lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya
lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang
saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.

2.
Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik
tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak
saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu
lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain
disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering
terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic
trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

3.
Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik
bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun
berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas
transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).


Konvergen
lempeng benua—samudra (Oceanic—Continental).

Konvergen
lempeng samudra—samudra (Oceanic—Oceanic).

Konvergen
lempeng benua—benua (Continental—Continental).

Bagaimana Dengan
Indonesia?
Negeri kita
tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia.
Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia
adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian
timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik,
dan Indo-Australia.

Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung
berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak
lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat.
sumber:
google.com/web.teorilempeng tektonik….
Sudah
sejak lama para ahli kebumian mengetahui bahwa daratan-daratan yang ada di muka
bumi ini sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara berlahan
daratan-daratan tersebut bermigrasi di sepanjang bola bumi. Terpisahnya bagian
daratan dari asalnya dapat membentuk suatu lautan yang baru dan dapat juga
berakibat pada terjadinya proses daur ulang lantai samudera kedalam interior
bumi. Sifat mobilitas kerak bumi ditandai dengan adanya gempa bumi, aktivitas
gunung api dan pembentukan pegunungan (orogenesa). Berdasarkan ilmu pengetahuan
kebumian, teori yang menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobil) dikenal
dengan teori Tektonik Lempeng.
Hipotesa
Pengapungan Benua (Continental Drift)
Revolusi
dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19, yaitu
ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan
mengajukan hipotesa tentang benua-benua yang bersifat mobil yang ada di
permukaan bumi. Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan
mengenai hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift) diperkenalkan pertama
kalinya oleh Alfred Wegener (1915) dalam bukunya “The Origins of Oceans and
Continents”. Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa
yang menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang
dikenal sebagai super-kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini
diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian bermigrasi (drifted) ke
posisi seperti saat ini.
Bukti bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai berikut:
Kecocokan / kesamaan Garis Pantai :
Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika
Selatan bagian timur dengan garis pantai benua Afrika bagian barat. Kedua garis
pantai ini apabila dicocokan atau dihimpitkan satu dengan lainnya akan
berhimpit. Wegener menduga bahwa kedua benua tersebut pada awalnya adalah satu.
Berdasarkan adanya kecocokan bentuk garis pantai inilah kemudian Wegener
mencoba untuk mencocokkan semua benua-benua yang ada di muka bumi.
Persebaran Fosil :
Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan
tumbuhan yang tersebar luas dan terpisah di beberapa benua :
- Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
- Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
- Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
- Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
Pertanyaannya
adalah, bagaimana binatang-binatang darat tersebut dapat bermigrasi
menyeberangi lautan yang sangat luas serta di laut yang terbuka? Boleh jadi
jawabannya adalah bahwa benua-benua yang ada sekarang pada waktu itu bersatu
yang kemudian pecah dan terpisah-pisah seperti posisi saat ini.
Kesamaan Jenis Batuan :
Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur
benua Amerika Utara dengan sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba
menghilang di pantai Newfoundlands. Pegunungan yang umurnya sama dengan
pegunungan Appalachian juga dijumpai di British Isles dan Scandinavia. Kedua
pegunungan tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan
/ pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan yang
menerus. Dengan cara mempersatukan / mencocokan kenampakan bentuk-bentuk
geologi yang dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi
data-data tersebut belum cukup untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua
(continental drift). Dengan kata lain, jika suatu benua telah mengalami
pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur
geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari
kenampakan geologinya cocok antara benua-benua yang dipisahkan oleh lautan,
namun belum cukup untuk membuktikan bahwa daratan/benua tersebut telah
mengalami pengapungan.
Bukti Paleoclimatic (Iklim Purba) :
Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim
purba, di mana pada 250 juta tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi
bagian selatan pada zaman itu terjadi iklim dingin, di mana belahan bumi bagian
selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal, seperti benua Antartika,
Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India. Wilayah yang terkena glasiasi di
daratan Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator. Akan tetapi
argumentasi ini kemudian ditolak oleh para ahli kebumian, karena selama perioda
glasiasi di belahan bumi bagian selatan, di belahan bumi bagian utara beriklim
tropis yang ditandai dengan berkembangnya hutan rawa tropis yang sangat luas
dan merupakan material asal dari endapan batu bara yang dijumpai di Amerika
bagian timur, Eropa dan Asia.
Pada
saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami glasiasi
berasal dari satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea yang
terletak jauh di bagian selatan dari posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener
dalam mendukung hipotesa Pengapungan Benua baru diperoleh setelah 50 tahun
sebelum masyarakat ahli kebumian mempercayai kebenaran tentang hipotesa
Pengapungan Benua.
Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme :
Ketika pertama kali hipotesa Pengapungan Benua dikemukakan
oleh Wegener, yaitu pada periode 1930 hingga awal tahun 1950-an, bukti-bukti
yang mendukung hipotesa ini sangat minim sekali. Adapun perhatian terhadap
hipotesa ini baru terjadi ketika penelitian mengenai penentuan Intensitas dan
Arah medan magnet bumi. Setiap orang yang pernah menggunakan kompas tahu bahwa
medan magnet bumi mempunyai kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan yang
arahnya hampir berimpit dengan arah kutub geografis bumi. Medan magnet bumi
juga mempunyai kesamaan dengan yang dihasilkan oleh suatu batang magnet, yaitu
menghasilkan garis-garis imaginer yang berasal dari gaya magnet bumi yang
bergerak melalui bumi dan menerus dari satu kutub ke kutub lainnya. Jarum
kompas itu sendiri berfungsi sebagai suatu magnet kecil yang bebas bergerak di
dalam medan magnet bumi dan akan ditarik ke arah kutub-kutub magnet bumi. Suatu
metoda yang dipakai untuk mengetahui medan magnet purba adalah dengan cara
menganalisa beberapa batuan yang mengandung mineral-mineral yang kaya unsur
besinya yang dikenal sebagai fosil kompas. Mineral yang kaya akan unsur besi,
seperti magnetite banyak terdapat dalam aliran lava yang berkomposisi basaltis.
Saat suatu lava yang berkomposisi basaltis mendingin (menghablur) dibawah
temperatur Curie (± 5800 C), maka butiran butiran yang kaya akan unsur besi
akan mengalami magnetisasi dengan arah medan magnet yang ada pada saat itu.
Sekali batuan tersebut membeku maka arah kemagnetan (magnetisasi) yang
dimilikinya akan tertinggal di dalam batuan tersebut. Arah kemagnetan ini akan
bertindak sebagai suatu kompas ke arah kutub magnet yang ada. Jika batuan
tersebut berpindah dari tempat asalnya, maka kemagnetan batuan tersebut akan
tetap pada arah aslinya. Batuan batuan yang terbentuk jutaan tahun yang lalu
akan merekam arah kutub magnet pada saat dan tempat di mana batuan tersebut
terbentuk, dan hal ini dikenal sebagai Paleomagnetisme.
Penelitian mengenai arah kemagnetan purba pada aliran lava
yang diambil di Eropa dan Asia pada tahun 1950-an menunjukkan bahwa arah
kemagnetan untuk batuan batuan yang berumur muda cocok dengan arah medan magnet
bumi saat ini, akan tetapi arah kemagnetan (magnetic alignment) pada aliran lava
yang lebih tua ternyata menunjukkan arah kemagnetan yang sangat bervariasi
dengan perbedaan yang cukup besar. Berdasarkan hasil ploting dari posisi yang
terlihat sebagai kutub magnet utara untuk benua Eurasia mengindikasikan bahwa
selama 500 juta tahun yang lalu, lokasi-lokasi dari kutub utara magnet bumi
secara berangsur berpindah-pindah. Hal ini merupakan bukti kuat bahwa kutub
magnet bumi telah mengalami berpindahan / bermigrasi. Perpindahan arah kutub
magnet ini dikenal sebagai “Pole Magnetic Wandering” yaitu arah kutub magnet
yang berkelana / berpindah pindah.
Sebaliknya apabila arah kutub magnet dianggap tetap pada
posisi seperti saat ini maka penjelasannya adalah bahwa benua yang mengalami
perpindahan atau pengapungan.
Semua bukti-bukti ilmiah tersebut mengindikasikan bahwa posisi rata-rata dari kutub kutub magnet erat kaitannya dengan posisi kutub geografis bumi. Dengan demikian, jika posisi kutub-kutub magnet relatif tetap pada posisinya, maka kutub-kutub yang terlihat berpindah pindah dapat dijelaskan dengan hipotesa Pengapungan Benua. Beberapa tahun kemudian, suatu kurva dari kenampakan kutub-kutub magnet yang berpindah pindah juga dilakukan untuk benua Amerika Utara. Apabila diperbandingkan hasil dari kedua jalur perpindahan kutub magnet bumi, baik yang ada di Amerika Utara dan Eurasia memperlihatkan kesamaan dan kemiripan dari jalur perpindahan kutub kutub magnet bumi tersebut yang terpisah dengan sudut 30 derajat.
Semua bukti-bukti ilmiah tersebut mengindikasikan bahwa posisi rata-rata dari kutub kutub magnet erat kaitannya dengan posisi kutub geografis bumi. Dengan demikian, jika posisi kutub-kutub magnet relatif tetap pada posisinya, maka kutub-kutub yang terlihat berpindah pindah dapat dijelaskan dengan hipotesa Pengapungan Benua. Beberapa tahun kemudian, suatu kurva dari kenampakan kutub-kutub magnet yang berpindah pindah juga dilakukan untuk benua Amerika Utara. Apabila diperbandingkan hasil dari kedua jalur perpindahan kutub magnet bumi, baik yang ada di Amerika Utara dan Eurasia memperlihatkan kesamaan dan kemiripan dari jalur perpindahan kutub kutub magnet bumi tersebut yang terpisah dengan sudut 30 derajat.
Menurut teori lempeng Tektonik oleh Le Pichon (1968),
kulit bumi atau yang disebut dengan lithosfera termasuk bagian paling luar
yaitu kerak bumi (Continental crust) dan kerak samudra (Oceanic Crust) terdiri atas lempeng –
lempang tegar atau kaku dan saling bergerak satu sama lain.
Teori Tektonik Lempeng berawal dari pengamatan Alfred
Wagener pada tahun 1915 yang menjelaskan bahwa adanya kesimetrisan bentuk antara pantai timur Amerika Selatan dengan pantai barat
Afrika yang kalau didekatkan melekat menjadi satu kesatuan benua besar. Dari pengamatan tersebut lahirlah
”Continental Drift Theory” yang menyatakan bahwa
sekitar 250 juta tahun yang lalu benua-benua ini pernah menjadi dua benua besar
yang disebut Pangea dan Gondwana. Kemudian kedua benua tersebut seiring dengan waktu pecah
menjadi benua-benua kecil dan bergerak ke posisi seperti yang ada sekarang dan
akan terus bergerak secara dinamis. Teori tektonik mengasumsikan bahwa interior
bumi kita tersusun dari media yang berlapis-lapis. Teori ini juga mengasumsikan
bahwa kerak bumi yang bersifat padat dan rigid seolah-olah mengapung diatas
lapisan mantel bumi yang terdiri dari fluida kental. Dengan demikian kerak bumi
akan berada pada keadaan tidak stabil.
Lempeng
– lempeng tersebut merupakan bongkah – bongkah lithosfera yang bersifat tidak
kaku (lunak, plastis, mudah berubah) dan dalam keadaan bergerak yang dinamakan
‘Asthenosfera‘. Sedangkan mengenai mekanisme pergerakan itu sendiri karena
adanya arus konveksi yang terdapat di dalam mantel bumi. Namun akhir ini para
peneliti berpendapat bahwa gerak utama dari lempeng–lempang ini karena pengaruh
dari perbedaan densitas atau kepadatan dan ketebalan kerak bumi yang menonjol
kearah lateral akibat dari pendinginan bumi.
Pola
Mekanisme terjadinya gempabumi di atas tergantung pada keadaan struktur kulit
bumi dan distribusi gaya atau stress yang bekerja. Stress yang bekerja pada
gempa tektonik yang terjadi umumnya adalah seragam atau uniform. Sehingga
perbedaan keadaan struktur atau medium daerah bersangkutan.
Teori Gempabumi
Gempabumi merupakan peristiwa alamiah yang tidak dapat
dipisahkan dengan fenomena-fenomena alamiah lainya terutama aktivitas gunung
berapi (vulkanic). Kedua fenomena ini berkaitan erat dengan proses- proses internal yang terjadi dalam bumi. Secara fisis
fenomena ini merupakan peristiwa pelepasan energi yang dikumpulkan sebelum
akibat tegangan yang bekerja di dalam bumi. Energi yang dilepaskan pada saat
terjadi nya gempabumi dapat berupa deformasi, energi gelombang atau
energi–energi lainya.
Energi
deformasi yang dilepaskan suatu gempa bumi dapat dilihat dari bentuk topografi
suatu daerah.Perubahan bentuk ini dapt dilihat dari bentuk topografi suatu
daerah. Perubahan bentuk ini di sebabkan oleh pergeseran – pergeseran lempeng
tektonik (tektonik plates) atau dapat juga disebabkan aktivitas gunung berapi
serta menuasia yang menyebabkan naik turunya lapisan bumi. Studi yang mendalam
tentang proses gempa bumi disertai analis–analisis catatan penyabaran daerah
gempa menunjukan bahwa energi gelombang yang dipancarkan oleh suatu gempa akan
menjalar dan menggetarkan medium elastik yang dilewatinya.
Besar
kecilnya akibat yang dirasakan karena gempa bumi berkorelasi fositif dengan
jarak suatu daerah dengan hiposenter suatu gempa. Hiposenter adalah lokasi
nyata terjadinya gempa bumi sedangkan episenter adalah proyeksi hiposenter di
permungkaan bumi (guttenber, 1954)
Jenis
Gempabumi
Gempabumi
merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan bencana dapat
digolongkan menjadi empat jenis, yait
1. Gempabumi Vulkanik ( Gunung
Api )
Gempa bumi ini terjadi akibat
adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga
akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di
sekitar gunung api tersebut.
2.
Gempabumi
Tektonik
Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik,
yaitu pergeseran lempeng lempeng
tektonik mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam dibumi,
getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi
3.
Gempabumi
Runtuhan
Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun
pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat
lokal.
SALAM MASIV,,,
SALAM MASIV,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar