GEOLOGI REGIONAL TORONIPA
Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000
km2, dikelilingi laut yang cukup dalam. Sebagian daratannya dibentuk oleh
pegunungan yang ketinggiannya mencapai 3.440 m (gunung latimojong). Pulau
Sulawesi berbentuk huruf “K” dengan empat lengan : lengan timur memanjang ke
timur laut – barat daya, lengan utara memanjang ke barat – timur dengan
ujungnya membelok ke arah utara – selatan, lengan tenggara memanjang ke barat
laut – tenggara, dan lengan selatan membujur ke utara – selatan.
Setidaknya ada lima satuan morfologi yang dapat
dibedakan dari citra IFSAR dibagian tengah dan ujung selatan lengan tenggara
Sulawesi, yakni satuan pegunungan, perbukitan tinggi, perbukitan rendah,
dataran rendah dan karst. Adapun secara umum dari morfologi perbukitan rendah
yang merupakan dataran alluvium luas yang terdiri atas bukit kecil dan rendah
dengan mofologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama batuan
sedimen klastik mesozoikum dan tersier.
Satuan morfologi dataran rendah dijumpai dibagian
tengah ujung selatan lengan tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan
penyusunnya terdiri atas batupasir, kuarsa, dan konglomerat kuarsa fomasi
meluhu. Pada dataran ini mengalir sungai – sungai pada musim hujan berair
melimpah sedang pada musim kemarau kering. Hal ini mungkin batupasir dan
konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah
merembes masuk kedalam tanah.
Kepingan benua di lengan tenggara Sulawesi dinamai
mintakat benua Sulawesi tenggara (south east Sulawesi continental terrane) dan
mintakat matarombeo oleh surono (1994). Kedua lempengan dari jenis yang berbeda
ini bertabrakan dan kemudian ditindih oleh endapan molasa Sulawesi. Setelah
tabrakan tersebut lengan tenggara Sulawesi terbagi menjadi 3 lajur, yaitu :
·
Kepingan benua
·
Complex ofiolit
·
Molasa Sulawesi
Litologi pada daerah fieldtrip (toronipa) merupakan
bagian dari formasi meluhu anggota toronipa yang didominasi batupasir,
konglomerat, batulempung dan serpih. Umur formasi meluhu berdasarkan fosil
amonit dan belemnite yang dijumpai Trias akhir. Formasi meluhu ini ditindis tak
selaras oleh satuan karbonat formasi tampakura. Satuan batuan karbonat ini
berupa batugamping jenis oolit, mudstone, wackestone, dan dackstone. Kumpulan
foraminifera kecil dan besar menunjukan umur eosin – oligosen dijumpai
dibeberapa bagian formasi ini.
Penyebaran formasi meluhu sangat luas di lengan
tenggara Sulawesi. Formasi ini telah dipublikasikan secara luas, diantaranya
oleh surono dkk (1992), surono (1997b, 1999), serta surono dan bachri (2002).
Surono membagi formasi meluhu menjadi 3 anggota (dari bawah keatas) :
1. Anggota toronipa yang didominasi batupasir dan
konglomerat. Anggota yang dengan penyebaran terluas pada formasi meluhu.
2.
Anggota watutaloboto didominasi batulempung,
batulanau dan serpih.
3.
Anggota tue – tue dicirikan adanya napal dan
batugamping.
Pada daerah lokasi fieltrip merupakan anggota toronipa
formasi meluhu, dimana satuan litologinya didominasi batupasir dan konglomerat
dengan sisipan serpih, batulanau dan batulempung. Sisipan tipis lignit
ditemukan setempat seperti disungai kecil dekat mesjid nurul huda, kota kendari
dan tebing tepi jalan diselatan tinobu. Lokasi anggota toronipa berada
ditanjung toronipa, sebelah tenggara desa toronipa.
Struktur sedimen yang terekam pada anggota toronipa
berupa silang siur, tikas seluring, gelembur gelombang, perlapisan bersusun dan
permukaan erosi. Lag deposit umum ditemukan pada bagian bawah runtutan sedimen
di atas permukaan erosi. Batang, ranting, dan cetakan daun juga ditemukan pada
endapan klastik halus. Setiap runtutan batuan sedimen menunjukan penghalusan
keatas, yang menunjukan energy melemah ke arah atas. Semua fakta dilapangan ini
memberikan gambaran bahwa anggota toronipa di endapkan pada lingkungan sungai
kekelok.
Pada waktu pengendapan anggota toronipa, laut berada di
timur laut dan garis pantai bergerak ke arah barat daya pada waktu pengendapan
anggota watutaluboto dan anggota tue – tue. Integrasi hasil berbagai analisis
tersebut diatas menggambarkan bahwa cekungan formasi meluhu mempunyai iklim
subtropics bercurah hujan tinggi dan topografi purba melandai ke arah utara.
Topografi daerah sumber batuan kasar munkin disebabkan aktivitas tektonik
sewaktu proses lepasnya kepingan benua Sulawesi tenggara dari tepi utara
Australia.
Bentuk “K” pulau Sulawesi mencerminkan kompleksitas
tektonik yang dialaminya. Berdasarkan data geologi dan geofisika, simandjuntak
(1993 dalm darman & sidi, 2000) menyatakan bahwa pulau Sulawesi dan daerah
sekitarnya mengalami empat kali kegiatan tektonik, salah satu diantaranya
adalah tumbukan tipe thethyan pada neogen, yang mencirikan struktur toronipa dimana tumbukan tipe
thethyan neogen, sebagian kepingan benua tersebut bertumbukan dengan kompleks
subduksi kapur dan ofiolit di Sulawesi dan daerah sekitarnya pada neogen.
Struktur regional geologi yang berkembang di lengan
tenggara Sulawesi didominasi oleh sesar berarah barat laut – tenggara, yang
utama terdiri atas sesar matano, kelompok sesar kolaka, kelompok sesar lawanopo
dan kelompok sesar lainea.
Berdasarkan hasil penggambaran struktur regional Sulawesi
dan daerah sekitarnya, daerah penelitian yaitu desa toronipa merupakan salah
satu kawasan daerah yang dilewati oleh sesar lawanopo dan terusan Hamilton
fault yang berarah tenggara – barat laut.
di postk an erbit askar geologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar