BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Lokasi
Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi,
yakni lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan
lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki
kekayaan potensi pertambangan yang telah diakui di dunia. Namun,
potensi yang sangat tinggi ini masih belum tergali secara optimal.
Disamping itu, tingkat investasi di sektor ini relatif rendah dan
menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya kegiatan
eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan
Fraser Institute dalam Annual Survey of Mining Companies (December
2002), iklim investasi sektor pertambangan di Indonesia tidak cukup
menggairahkan. Banyak kalangan menghawatirkan bahwa dengan
kondisi seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya
pertambangan di Indonesia akan segera berakhir dalam waktu 5 sampai
10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan sumbangan
yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah. Dampak ekonomi
dari keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan output,
penciptaan tenaga kerja, menghasilkan devisa dan memberikan
kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai gambaran
kondisi pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat
ekonomi kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri
pertambangan dan rekomendasi kebijakan. Pada alam ini terdapat sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah batu bara yang semakin
lama persediaannya semakin menipis di tambah lagi dengan adanya para penambang
liar mulai marak di daerah-daerah yang mempunyai potensi untuk dijadikan lahan
penambangan secara berlebihan tanpa disadari dapat merusak lingkungan guna
memenuhi kebutuhan manusia dalam segala bidang.
Dalam dunia pertambangan,
penambangan batu bara yang berlebihan tanpa izin atau illegal akan berdampak
buruk bagi wilayah di sekitar tempat penambangan tersebut serta dapat membahayakan
kehidupan masyarakat di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Sejarah Atau
Asal Muasal Batu Bara ?
2. Pengertian Batu Bara?
3. Bagaimanakah kegunaan serta
manfaat Batu Bara?
1.3. Tujuan Penulisa
1. untuk mengetahui
Sejarah Perkembangan Batu Bara
2. untuk
mengetahui Pengertian Batu Bara
3. untuk
mengetahui kegunaan serta manfaat Batu Bara
BAB 2
ISI
2.1 Sejarah Atau Asal Muasal Batu Bara
Penambang batu bara Cina di
ilustrasi ensiklopedia Kaiwu Tiangong Dinasti Ming, yang diterbitkan pada tahun
1637 oleh Yingxing.Due Song dengan kelimpahan nya, batubara telah ditambang di
berbagai belahan dunia sepanjang sejarah dan terus menjadi suatu kegiatan
ekonomi yang penting saat ini. Dibandingkan dengan bahan bakar kayu, batubara
menghasilkan jumlah yang lebih besar energi per massa dan dapat diperoleh di
daerah mana kayu tidak tersedia. Meskipun secara historis digunakan sebagai
alat pemanas rumah tangga, batubara sekarang banyak digunakan di industri,
terutama dalam produksi peleburan dan paduan, serta pembangkit listrik.
Pertambangan batu bara berskala
besar yang dikembangkan selama Revolusi Industri, dan batubara menyediakan
sumber utama energi primer untuk industri dan transportasi di Barat dari abad
ke-18 ke 1950-an. Batu bara tetap menjadi sumber energi yang penting, karena
biaya rendah dan kelimpahan bila dibandingkan dengan bahan bakar lain, terutama
untuk pembangkit listrik. Namun,
batubara juga ditambang hari ini dalam skala besar dengan metode tambang
terbuka di mana pun strata batubara mogok permukaan dan relatif dangkal.
Britain mengembangkan teknik utama
penambangan batubara bawah tanah dari akhir abad ke 18 dan seterusnya dengan
kemajuan yang didorong oleh kemajuan abad ke-19 dan awal abad ke-20.Namun
minyak dan bahan bakar terkait mulai digunakan sebagai alternatif dari kali ini
dan seterusnya. Pada akhir abad ke-20 batubara adalah sebagian besar diganti
dalam penggunaan industri dan transportasi domestik serta oleh minyak, gas alam
atau listrik yang dihasilkan dari minyak, gas, tenaga nuklir atau sumber energi
terbarukan. Sejak tahun 1890,
pertambangan batubara juga telah menjadi isu politik dan sosial. tenaga kerja
penambang Batubara dan serikat buruh menjadi kuat di banyak negara di abad
ke-20, dan sering para penambang adalah pemimpin gerakan Kiri atau Sosialis
(seperti di Inggris, Jerman, Polandia, Jepang, Kanada dan Amerika Serikat) [2]
Sejak tahun 1970 , isu lingkungan telah semakin penting, termasuk kesehatan
penambang, perusakan pemandangan dari tambang strip dan penghapusan puncak
gunung, polusi udara, dan kontribusi batubara pembakaran terhadap pemanasan
global.
2.1.1 Awal Sejarah
Reruntuhan hypocaust bawah lantai
sebuah vila Romawi. Bagian bawah Exedra adalah covered.Early ekstraksi batubara
skala kecil, batubara berbaring baik di permukaan, atau sangat dekat dengan
itu. metode khas untuk ekstraksi termasuk pertambangan hanyut dan pit bel.
Seperti halnya tambang drift, pertambangan batang kecil digunakan. Ini
mengambil bentuk pit bel, ekstraksi bekerja keluar dari suatu poros pusat, atau
teknik yang disebut ruang dan pilar 'ruang' di mana batubara tersebut
diekstraksi dengan pilar kiri untuk mendukung atap. Kedua teknik ini namun
meninggalkan sejumlah besar batubara dapat digunakan di belakang. Referensi
paling awal pada penggunaan batubara di Metalworking ditemukan dalam risalah
geologi Pada batu (Lap. 16) oleh Theophrastus ilmuwan Yunani (c. 371-287 SM). Di
antara bahan-bahan yang digali karena mereka berguna, yang dikenal sebagai
batubara terbuat dari bumi, dan, setelah dibakar, mereka membakar seperti
arang. Mereka ditemukan di Liguria ... dan Elis sebagai salah satu pendekatan
Olympia oleh jalan gunung, dan mereka digunakan oleh mereka yang bekerja di
logam.
Penggunaan awal dikenal batubara di
Amerika adalah dengan bangsa Aztec yang menggunakan batu bara untuk bahan bakar
dan jet (sejenis dari lignit) untuk hiasan. Di Romawi Inggris, Roma
memanfaatkan segala coalfields utama (menyelamatkan orang-orang dari Utara dan
Selatan Staffordshire) oleh AD akhir abad ke-2 Sementara banyak penggunaannya
tetap lokal., Perdagangan hidup yang dikembangkan di sepanjang pantai Laut
Utara untuk memasok batubara Yorkshire dan London. ini juga meluas ke Rhineland
benua, dimana batu bara mengandung bitumen sudah digunakan untuk peleburan
bijih besi.Ia digunakan dalam hypocausts untuk memanaskan pemandian umum,
pemandian di benteng-benteng militer, dan vila-vila individu kaya. Penggalian telah
mengungkapkan toko batubara di benteng-benteng di sepanjang Hadrian Wall, serta
sisa-sisa industri peleburan di benteng-benteng seperti Longovicium dekatnya.
Setelah Roma kiri Inggris, di AD
410, tidak ada catatan batubara yang digunakan di negara ini sampai akhir abad
ke-12. Tak lama setelah penandatanganan Magna Carta, pada 1215, batubara mulai
diperdagangkan di wilayah Skotlandia dan Inggris utara-timur, di mana strata
Karbon mana terpapar di pantai laut, dan dengan demikian dikenal sebagai
"batubara laut". komoditas ini, bagaimanapun, tidak cocok untuk
digunakan dalam jenis tungku domestik kemudian di gunakan, dan terutama
digunakan oleh pengrajin untuk membakar kapur, logam kerja dan peleburan. Pada
awal 1228, batu bara laut dari utara-timur dibawa ke London Selama abad ke-13, perdagangan batubara
meningkat di seluruh Inggris dan pada akhir abad ini sebagian besar coalfields
di Inggris, Skotlandia dan Wales sedang bekerja pada skala kecil [6]:. 8 Karena
penggunaan batubara antara seniman menjadi lebih luas, menjadi jelas bahwa asap
batubara merugikan kesehatan dan peningkatan polusi di London menimbulkan
keresahan banyak dan agitasi. Sebagai hasil dari ini, proklamasi Royal
dikeluarkan tahun 1306 melarang artificers London menggunakan batu bara laut di
tungku mereka dan memerintahkan mereka untuk kembali ke bahan bakar tradisional
kayu dan arang 10 Selama paruh pertama 14 abad batubara mulai digunakan untuk
pemanasan domestik di daerah produksi batubara dari Inggris, sebagai perbaikan
dilakukan dalam desain tungku domestik . 13 Edward III adalah raja pertama yang
mengambil minat dalam perdagangan batubara dari timur laut. , mengeluarkan
nomor dari surat perintah untuk mengatur perdagangan dan memungkinkan ekspor
batubara ke Calais . Permintaan batubara terus meningkat di Inggris pada abad
ke-15, tapi masih terutama digunakan di distrik-distrik pertambangan, di
kota-kota pesisir atau yang diekspor ke Eropa kontinental. Namun, pada
pertengahan abad 16 pasokan kayu mulai gagal di Inggris dan penggunaan batu
bara sebagai bahan bakar domestik dengan cepat memperluas. Pada 1575, Sir
George Bruce dari Carnock dari Culross, Skotlandia, membuka tambang batubara
pertama untuk mengekstrak batubara dari "pit parit" di bawah laut di
Firth of Forth. Dia membangun sebuah pulau buatan loading di mana ia tenggelam
poros 40 ft yang terhubung ke dua poros untuk drainase dan ventilasi
ditingkatkan. Teknologi ini jauh di muka dari setiap metode penambangan
batubara dalam periode abad pertengahan akhir dan dianggap salah satu keajaiban
industri usia. Selama abad ke-17 sejumlah kemajuan dalam teknik pertambangan
dibuat, seperti penggunaan tes membosankan untuk mencari deposito yang cocok
dan pompa rantai, didorong oleh roda air, mengeringkan collieries deposito Batubara ditemukan oleh koloni di
Amerika Utara Timur pada abad ke-18.
3.1.2 Revolusi Industri
Revolusi Industri, yang dimulai di
Inggris pada abad ke-18, dan kemudian menyebar ke benua Eropa, Amerika Utara,
dan Jepang, didasarkan pada ketersediaan batu bara untuk mesin uap kekuasaan.
Perdagangan internasional diperluas secara eksponensial ketika batubara-makan
mesin uap dibangun untuk kereta api dan kapal uap di era 1810-1840 Victoria.
Batubara lebih murah dan jauh lebih efisien daripada bahan bakar kayu di mesin
uap yang paling. Sebagai Inggris tengah dan Utara berisi kelimpahan batubara,
tambang banyak terletak di daerah ini serta lapangan batubara South Wales dan
Skotlandia. Teknik-teknik skala kecil yang tidak cocok dengan permintaan
meningkat, dengan ekstraksi bergerak menjauh dari ekstraksi permukaan
penambangan poros sedalam Revolusi Industri berlangsung.
Batu bara
adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya
berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya,
bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur
rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan
penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang
tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut
mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut
menjadi gambut dan kemudian batu bara.
Pembentukan batubara dimulai sejak
Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal
sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290
juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu
dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas
organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau
‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas
organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda
agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat
pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara
muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’.Perubahan kimiawi dan
fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh
hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat,
penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga
membentuk antrasit.
Hampir seluruh pembentuk batu bara
berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga
Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda
ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga
Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari
perioda ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga
Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan
Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora
dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari
Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus
dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama
batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas
hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina
dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.
Berdasarkan tingkat proses
pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya
dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit adalah kelas batu bara
tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara
86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
2. Bituminus mengandung 68 – 86% unsur
karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling
banyak ditambang di Australia.
3. Sub-bituminus mengandung sedikit
karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang
efisien dibandingkan dengan bituminus.
4. Lignit atau batu bara coklat adalah
batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar
air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman
menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan
(coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
1.
Tahap
Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga
lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah
kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
2.
Tahap
Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus
dan akhirnya antrasit.
Batubara terbentuk dari endapan
organik yaitu sisa – sisa tumbuhan – tumbuhan yang terjadi selama
beberapa ratus juta tahun yang lalu yang mengalami pengubahan melalui proses
pembatubaraan. Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
1.
Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk
sesuai dengan teori in-situ lazimnya terjadi di hutan basah dan berawa,
sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung
tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk
sedimen organik.
2.
Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut
terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya
terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak
menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor
(kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari
dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia
(pembatubaraan).
Tahap penggambutan (peatification)
adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam
kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang
buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – -[10 meter. Material
tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa
CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan
fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).Tahap
pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika
yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya,
temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach,
1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat,
sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit
Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus,
semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
2.1.3
Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Batu Bara
Ada tiga faktor yang mempengaruhi
proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu dan tekanan.
Mutu endapan batubara juga
ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
‘maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan
Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Proses
awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat (C60H6O34) yang
selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara
coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas
organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan
tekanan secara continue selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami
perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah
batubara muda menjadi batubara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan
kimiawi dan fisika terus berlangsung sampai batubara menjadi lebih keras dan
warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit
(anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang
semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.Maturitas organik
sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama
pembentuk batubara, dalam proses pembatubaraan.
Sementara itu semakin tinggi
peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan
oksigen akan berkurang. Disebabkan tingkat pembatubaraan secara umum dapat
diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, batubara bermutu rendah yaitu
batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah seperti lignite dan sub-bituminus
biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti
tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang
rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara,
umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam
mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar
karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Kualitas batubara ditentukan dengan
analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah analisis proksimat dan
analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlahair, zat
terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan
untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di
daerah penelitian.
Untuk menentukan jenis batubara, digunakan
klasifikasi American Society for Testing and
Material (ASTM, 1981, op
cit Wood et al.,1983)(Tabel
5.2). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori
dalam basis dry, mineral matter free (dmmf).
Untuk mengubah basis air dried
(adb) menjadi dry,
mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983), dimana
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : High heating value (kcal.kg), Total moisture (%), Inherent moisture (%),
Volatile matter (%), Ash content (%), Sulfur content (%), Coal size (%),
Hardgrove grindability index (<3mm,>.
2.2 Pengertian Batu Bara
Batubara
merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaanya melimpah di Indonesia.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Geologi, Kementerian ESDM tahun 2009,
total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton
dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Batubara merupakan sedimen
organik, lebih tepatnya merupakan batuan organik, terdiri dari kandungan
bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang
membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, biasa
disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari
sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara.
Selain tumbuhan yang ditemukan
bermacam-macam, tingkat kematangan juga bervariasi, karena dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi lokal. Kondisi lokal ini biasanya kandungan oksigen, tingkat
keasaman, dan kehadiran mikroba. Pada umumnya sisa-sisa tanaman tersebut
dapat berupa pepohonan, ganggang, lumut, bunga, serta tumbuhan yang biasa hidup
di rawa-rawa. Ditemukannya jenis flora yang terdapat pada sebuah lapisan
batubara tergantung pada kondisi iklim setempat. Dalam suatu cebakan yang sama,
sifat-sifat analitik yang ditemukan dapat berbeda, selain karena tumbuhan
asalnya yang mungkin berbeda, juga karena banyaknya reaksi kimia yang
mempengaruhi kematangan suatu batubara.
Secara umum, setelah sisa tanaman
tersebut terkumpul dalam suatu kondisi tertentu yang mendukung (banyak air),
pembentukan dari peat (gambut) umumnya terjadi. Dalam hal ini peat tidak
dimasukkan sebagai golongan batubara, namun terbentuknya peat merupakan tahap
awal dari terbentuknya batubara. Proses pembentukan batubara sendiri secara
singkat dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan
yang ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi
berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai proses coalifikasi, yang
kemudian berubah menjadi antrasit. Pembentukan batubara ini sangat menentukan
kualitas batubara, dimana proses yang berlangsung selain melibatkan
metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu
geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Jadi pembentukan
batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari sisa tumbuhan yang
mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon, alterasi, pengurangan
kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari mikroorganisme juga memegang
peranan yang sangat penting.
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar
fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk
dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatu baraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137 H97 O9 NS untuk bituminus dan C240 H90 O4 NS untuk antrasit.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137 H97 O9 NS untuk bituminus dan C240 H90 O4 NS untuk antrasit.
2.3
Kegunaan Serta Manfaat Batu Bara
Batubara merupakan sumber energi
dari bahan alam yang tidak akan membusuk, tidak mudah terurai berbentuk padat.
Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke bentuk lain perlu dilakukan. Pemanfataan
yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah)
biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya
industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan
sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang
lembek. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas
pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik,
gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher); filler aspal,
plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan
limbah (waste stabilization).
Ada beberapa faktor yang menadi
alasan batubara digunakan sebagai sumber energi alternatif, yaitu:
1. Cadangan batubara sangat banyak dan
tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan
batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di
lebih dari 70 negara.
2. Negara-negara maju dan negara-negara
berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak
sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
4. Harga batubara yang murah dibandingkan
dengan minyak dan gas
5. Batubara aman untuk ditransportasikan
dan disimpan.
6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar
tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
7. Teknologi pembangkit listrik tenaga
uap batubara sudah teruji dan handa
8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh
oleh cuaca maupun hujan.
9. Pengaruh pemanfaatan batubara
terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas,
sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan
dan diaplikasikan.
Manfaat Pertambangan Batubara
Pada tahun 1800-an, batubara secara harfiah mendorong industrialisasi dunia.
Batubara menjadi sumber daya bagi lebih dari 35 persen listrik dunia dan
digunakan untuk memproduksi 70 persen baja dunia. Sampai saat ini batubara
ditambang di berbagai belahan dunia karena merupakan sumber energi. Berbagai
industri menggunakan batubara untuk kebutuhan energi mereka. Meskipun banyak
kekhawatiran mengenai keselamatan para penambang dan efeknya pada lingkungan,
pertambangan batubara terus tumbuh hingga hari ini. Berikut adalah berbagai
keuntungan yang ditawarkan oleh pertambangan batu bara: 1. Pertambangan
batubara menyediakan ketersediaan energi Batubara dianggap sebagai salah satu
dari banyak mineral yang melimpah di dunia. Karena kelimpahan, banyak negara
dan / atau industri bergantung pada batubara untuk kebutuhan energi mereka.
Batubara dapat ditemukan di berbagai bagian AS dan di negara lain membuatnya
tersedia untuk dikonsumsi. Hal ini berbeda dengan ketersediaan sumber energi
lain seperti minyak atau gas alam. 2. Batubara menyediakan kemudahan penggunaan
Ini adalah salah satu keuntungan terbesar batubara dibandingkan sumber energi
lainnya. Setelah pertambangan batubara, hanya satu yang secara harfiah
membakar untuk dapat memanfaatkannya. Sumber energi lain harus diproses
atau melalui beberapa tahapan persiapan dan perbaikan sebelum itu dapat berguna
untuk orang. Minyak, misalnya perlu diproses dan disempurnakan sebelum dapat
mencapai tujuannya. Dan karena batubara juga menyediakan kemudahan penyimpanan,
dapat langsung digunakan ketika itu menjadi kebutuhan. 3. Batubara menyediakan
sumber energi yang murah Bila dibandingkan dengan sumber energi lainnya,
batubara dianggap yang termurah. Itu sebabnya beberapa negara mengandalkan
batubara meskipun ada beberapa efek terhadap lingkungan. Energi merupakan
syarat utama dalam hampir di setiap negara karna apa pun yang muncul lebih
murah selalu diharapkan. Penduduk bumi semakin besar dari hari ke hari dan
dengan kelangkaan dan biaya sumber energi lainnya, banyak negara telah
mendukung pertambangan batubara menjadi produsen energi utama mereka. Hal ini
juga menyatakan bahwa seluruh industri produksi batubara lebih banyak membuat
lapangan pekerjaan dari pertambangan hingga perdagangan dan distribusi. Semua
ini akan menerjemahkan manfaat dari batubara tidak hanya untuk
pengguna akhir maupun masyarakat tetapi juga untuk seluruh negeri. Beberpa
manfaat batubara bagi manusia : Sebagai bahan untuk produksi baja dan besi
Sebagai bahan bakan pembangkit listrik Sebagai bahan bakar cair Sebagai bahan
bakar produk semen Untuk pembuatan karbon aktif Sebagai penyerap dalam daur
ulang minyak pelumas bekas Sumber bahan untuk tungku hemat energi yang bisa di
gunakan sebagai kebutuhan rumah tangga dan industri kecil Batubara Untuk
Membuat Kokas, Kokas untuk Membuat Baja Produsen bir adalah orang yang pertama
kali menggunakan kokas. Untuk memanggang biji-bijian yang digunakan untuk
membuat produk bir mereka, produsen bir mempelajari bagaimana cara untuk
memanaskan batubara pada temperatur yang sangat tinggi dengan kondisi kedap
udara. Proses ini menyingkirkan byproduk yang tidak diinginkan seperti ter,
minyak dan gas dari batubara. Produk akhirnya adalah massa karbon yang hampir
murni, bernama kokas. Kokas bekerja dengan baik untuk memproduksi bir,tetapi
yang lebih penting, kokas menjadi bahan utama dalam produksi baja. Dalam
produksi baja, kokas dan bijih logam, seperti bijih besi, digabungkan dalam
blast furnace. Kokas menyediakan panas yang secara kimiawi mengubah bijih yang
seperti batu menjadi bentuk logam cair. Kokas juga membantu memisahkan gas dari
logam cair. Sementara gas naik di dalam tungku, logam cair tenggelam ke bawah
dimana ia akan diambil untuk diproses lebih lanjut menjadi baja. Selain itu
manfaat batubara juga dirasakan dipabrik-pabrik pembuat kertas, dan juga
industri farmasi. Hasil sampingan batubara juga bisa diproduksi menjadi
beberapa macam produk kimia. Misalnya batubara setelah diolah dimurnikan bisa
menjadi bahan pembuat minyak fenol, benzene, kreosot dan naftalen. Dari tungku
kokas bisa diambil gas amonia yang berguna untuk membuat pupuk, garam amonia
dan asam nitrat. Selain itu, komponen-komponen batubara jika diolah bermanfaat
untuk zat pelarut, zat peawrna, sabun, plastik, rayon, aspirin dan nilon.
Batubara juga menjadi bahan penting memproduksi seperti berikut : Serat karbon,
berfungsi sebagai bahan pengeras yang ringan dan kuat, biasanya digunakan pada
rakit tenis, sepeda gunung dan bahan kontruksi. Metal silikon, berfungsi untuk
membuat silan dan silikon. Jika diolah lebih jauh dapat juga digunakan untuk
membuat bahan kedap air, kosmetik, pelumas, rasin, pasta gigi, dan sampo.
Karbon teraktivasi, seringkali digunakan dalam pembersihan udara, mesin pencuci
darah dan saringan air. Manfaat Briket Batubara Ada salah satu produk batubara
yang sangat besar manfaatnya bagi keberlangsungan ketersediaan energi bagi
Indonesia, yaitu briket batubara. Briket batubara merupakan bahan bakar yang
sudah melalui proses pemampatan dan memiliki daya tekatan tertentu, berbentuk
dan memiliki ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga mudah digunakan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun manfaat menggunakan batubara dalam
bentuk briket adalah sebagi berikut : Mengurangi penggunaan karna
ketergantungan pada minyak Bumi semakin lama semakin menipis. Kemudahan
penggunaan teknologi sederhana yang memungkinkan batubara dapat dibentuk
menjadi briket untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif. Selain bisa
menggantikan bahan bakar minyak juga bisa mengurngi penggunaan kayu bakar.
Batubara sebagai
bahan galian memiliki peran penting. Misalnya sebagai bahan bakar alternative
nonminyak dan gas (nonmigas), digunakan dalam industri kimia dan industri
lainnya.
1.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembakaran batubara merupakan
pemanfaatan batubara secara langsung untuk memperoleh energi panas dan
menghasilkan gas buang (flue gas) dan abu. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
merupakan salah satu contoh pemanfaatan batubara secara langsung. Dalam
pemanfaatn tersebut, batubara uap dibakar dipembangkit uap (bolier) untuk
menghasilkan panas yang akan digunakan untuk mengubah air menjadi uap air, yang
selanjutnya digunakan untuk menggerakkan turbin uap dan memutar generator guna
menghasilkan energi listrik.
Mula-mula ukuran butiran batubara
tersebut dikecilkan hingga berukuran halus untuk menambah luas permukaannya
agar lebih mudah terbakar. Batubara tersebut kemudian disemburkan ke tungku
pembakaran bertemperatur tinggi. Gas dan energi panas yang dihasilkan mengubah
air pada tabung di sekeliling tungku tersebut menjadi uap. Uap bertekanan
tunggi memutar turbin dengan kecepatan tinggi guna menggerakkan generator. Saat
ini, penggunaan batubara sebagai sumber energi pembangkit listrik tercatat
lebih kurang 39% kebutuhan listrik dunia (Panduan bisnis PTBA, 2008)
2.
Industri besi dan baja
Peran batubara penting dalam
kegiatan industri besi dan baja. Sekitar 64% produksi baja dunia berasal dari
besi. Sebagai gambaran produksi baja dunia yang mencapai 965 juta ton pada
tahun 2003 memanfaatkan batubara sebesar 543 juta ton. Proses peleburan besi
dan baja tersebut menggunakan kokas dan batubara. Proses peleburan biji besi
dilakukan dengan menggunakan tungku peleburan tanur tinggi (blast furnace)
dengan menggunakan kokas sebagai reduktor.
Reaksi
reduksi terjadi sebagai berikut :
C
+ O2 ——>
2CO2
CO2
+ C
——>
2CO
Fe2O3
+ 3CO ——>
2Fe + 3CO2
3.
Industri Semen
Batubara digunakan sebagai sumber
energi panas pada industri semen. Pada proses pembakaran dalam tungku (klin),
batubara dibakar dalam ukuran halus (bentuk bubuk) dengan setiap 450 gram (g)
batubara akan menghasilkan semen sekitar 900 g. Pada masa mendatang peran
batubara masih cukup besar dalam industri semen.
Beberapa Manfaat Batu Bara Bagi
Manusia Sejak dahulu, batu bara telah ditambang dari perut bumi dan dirasakan
manfaatnya oleh manusia. Inilah penggunaan batu bara yang umum:
1. Sebagai bahan produksi baja dan besi
2. Sebagai bahan bakar pembangkit
listrik
3. Sebagai bahan bakar cair
4. Sebagai bahan bakar produksi semen
5. Sumber bahan bakar untuk tungku
hemat energi yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga atau industri
kecil.
6. Untuk pembuatan karbon aktif.
7. Sebagai penyerap dalam daur ulang
minyak pelumas bekas.
Selain itu, manfaat batu bara juga
dirasakan di pabrik-pabrik pembuatan kertas, pengolahan alumina, industri
kimia, dan industri farmasi. Hasil sampingan batu bara juga bisa diproduksi
menjadi beberapa macam produk kimia. Misalnya, ter batu bara setelah diolah dan
dimurnikan bisa menjadi bahan pembuat minyak fenol, benzene, kreosot, dan
naftalen. Dari tungku kokas bisa diambil gas amonia yang berguna untuk membuat
pupuk, garam amonia, dan asam nitrat. Selain itu, komponen-komponen batu bara
jika diolah bermanfaat untuk pembuatan zat pelarut, zat pewarna, sabun,
plastik, rayon, aspirin, dan nilon.
Batu bara juga menjadi bahan penting
dalam produksi produk berikut:
1. Serat karbon, berfungsi sebagai
bahan pengeras yang ringan dan kuat. Biasanya digunakan pada sepeda gunung,
raket tenis, dan bahan konstruksi.
2. Metal silikon, berfungsi untuk
membuat silan dan silikon. Jika diolah lebih jauh lagi, ini digunakan untuk
membuat bahan kedap air, pelumas, kosmetik, pasta gigi, resin, dan sampo.
3. Karbon teraktivasi, sering kali
dimanfaatkan dalam pembersih udara, mesin pencuci darah, dan saringan air.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pembentukan batubara dimulai sejak
Carboniferous Period (Periode Pembentukan
Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap
endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ –
Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi
dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.Mendapat pengaruh suhu dan tekanan
yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batu bara ‘sub-bitumen’.Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
2. Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar
fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk
dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatu baraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
3. Sejak dahulu, batu bara telah
ditambang dari perut bumi dan dirasakan manfaatnya oleh manusia. Inilah
penggunaan batu bara yang umum:
·
Sebagai
bahan produksi baja dan besi
·
Sebagai
bahan bakar pembangkit listrik
·
Sebagai
bahan bakar cair
·
Sebagai
bahan bakar produksi semen
·
Sumber
bahan bakar untuk tungku hemat energi yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga atau industri kecil.
·
Untuk
pembuatan karbon aktif.
·
Sebagai
penyerap dalam daur ulang minyak pelumas bekas.
3.2
SARAN
1.
Sumber
daya alam batubara dan minyak bumi semakin berkurang, kondisi ini diperparah
lagi dengan tidak dapatnya diperbaharui; untuk itu kita harus
menghemat penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2.
Lakukan
pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi Sumber
daya alam.
3.
Gunakanlah
peralatan hidup sehari-hari yang hemat energy dan BBM.
DAFTAR
PUSTAKA
Probowati,Dyah. 2008. Batubara.Yogyakarta : PT Citra Aji
Parama.
Pertiwi,
H.D. 2011. Dampak Keberadaan Perusahaan
Pertambangan Batubara
Terhadap Aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah (Kasus: Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda). Skripsi. Institute Pertanian Bogor (IPB): Bogor.
Terhadap Aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah (Kasus: Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda). Skripsi. Institute Pertanian Bogor (IPB): Bogor.
Sidik
H., Tala'ohu dan Irawan. 2013. Reklamasi Lahan
Pasca Penambangan Batubara. Konservasi Tanah dan Air dan Agroklimat, Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Soemarwoto,
O. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar