Senin, 19 Juni 2017

ontologi geologi batu bara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Lokasi Indonesia yang terletak pada 3 tumbukan (konvergensi) lempeng kerak bumi, yakni  lempeng Benua Eurasia, lempeng Benua India-Australia dan lempeng Samudra Pasifik melahirkan suatu struktur geologi yang memiliki kekayaan  potensi pertambangan yang telah diakui di dunia.  Namun, potensi yang sangat tinggi ini masih belum tergali secara  optimal. Disamping itu, tingkat  investasi di sektor ini relatif rendah dan menunjukkan kecenderungan menurun akibat terhentinya  kegiatan eksplorasi di berbagai kegiatan pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Fraser Institute  dalam Annual Survey of Mining Companies (December 2002), iklim investasi sektor pertambangan di  Indonesia tidak cukup menggairahkan. Banyak  kalangan menghawatirkan bahwa dengan kondisi  seperti ini maka masa depan, industri ekstraktif khususnya pertambangan di Indonesia akan segera  berakhir dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Kondisi ini patut disayangkan karena industri ini memberikan  sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional maupun daerah. Dampak ekonomi dari  keberadaan industri pertambangan antar lain penciptaan output, penciptaan tenaga kerja,  menghasilkan devisa dan memberikan kontribusi fiskal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai  gambaran kondisi pertambangan mineral, iklim investasi pertambangan, tinjauan manfaat ekonomi  kegiatan pertambangan, permasalahan yang dihadapi industri pertambangan dan rekomendasi kebijakan. Pada alam ini terdapat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah batu bara yang semakin lama persediaannya semakin menipis di tambah lagi dengan adanya para penambang liar mulai marak di daerah-daerah yang mempunyai potensi untuk dijadikan lahan penambangan secara berlebihan tanpa disadari dapat merusak lingkungan guna memenuhi kebutuhan manusia dalam segala bidang.
Dalam dunia pertambangan, penambangan batu bara yang berlebihan tanpa izin atau illegal akan berdampak buruk bagi wilayah di sekitar tempat penambangan tersebut serta dapat membahayakan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
      1.  Bagaimanakah Sejarah Atau Asal Muasal Batu Bara ?
   2.  Pengertian Batu Bara?
      3.  Bagaimanakah kegunaan serta manfaat Batu Bara?
1.3. Tujuan Penulisa
      1. untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Batu Bara
      2. untuk mengetahui  Pengertian Batu Bara
     3. untuk mengetahui kegunaan serta manfaat Batu Bara



















BAB 2
ISI

2.1 Sejarah Atau Asal Muasal  Batu Bara
Penambang batu bara Cina di ilustrasi ensiklopedia Kaiwu Tiangong Dinasti Ming, yang diterbitkan pada tahun 1637 oleh Yingxing.Due Song dengan kelimpahan nya, batubara telah ditambang di berbagai belahan dunia sepanjang sejarah dan terus menjadi suatu kegiatan ekonomi yang penting saat ini. Dibandingkan dengan bahan bakar kayu, batubara menghasilkan jumlah yang lebih besar energi per massa dan dapat diperoleh di daerah mana kayu tidak tersedia. Meskipun secara historis digunakan sebagai alat pemanas rumah tangga, batubara sekarang banyak digunakan di industri, terutama dalam produksi peleburan dan paduan, serta pembangkit listrik.
Pertambangan batu bara berskala besar yang dikembangkan selama Revolusi Industri, dan batubara menyediakan sumber utama energi primer untuk industri dan transportasi di Barat dari abad ke-18 ke 1950-an. Batu bara tetap menjadi sumber energi yang penting, karena biaya rendah dan kelimpahan bila dibandingkan dengan bahan bakar lain, terutama untuk pembangkit listrik.  Namun, batubara juga ditambang hari ini dalam skala besar dengan metode tambang terbuka di mana pun strata batubara mogok permukaan dan relatif dangkal.
Britain mengembangkan teknik utama penambangan batubara bawah tanah dari akhir abad ke 18 dan seterusnya dengan kemajuan yang didorong oleh kemajuan abad ke-19 dan awal abad ke-20.Namun minyak dan bahan bakar terkait mulai digunakan sebagai alternatif dari kali ini dan seterusnya. Pada akhir abad ke-20 batubara adalah sebagian besar diganti dalam penggunaan industri dan transportasi domestik serta oleh minyak, gas alam atau listrik yang dihasilkan dari minyak, gas, tenaga nuklir atau sumber energi terbarukan.  Sejak tahun 1890, pertambangan batubara juga telah menjadi isu politik dan sosial. tenaga kerja penambang Batubara dan serikat buruh menjadi kuat di banyak negara di abad ke-20, dan sering para penambang adalah pemimpin gerakan Kiri atau Sosialis (seperti di Inggris, Jerman, Polandia, Jepang, Kanada dan Amerika Serikat) [2] Sejak tahun 1970 , isu lingkungan telah semakin penting, termasuk kesehatan penambang, perusakan pemandangan dari tambang strip dan penghapusan puncak gunung, polusi udara, dan kontribusi batubara pembakaran terhadap pemanasan global.
    2.1.1 Awal Sejarah
Reruntuhan hypocaust bawah lantai sebuah vila Romawi. Bagian bawah Exedra adalah covered.Early ekstraksi batubara skala kecil, batubara berbaring baik di permukaan, atau sangat dekat dengan itu. metode khas untuk ekstraksi termasuk pertambangan hanyut dan pit bel. Seperti halnya tambang drift, pertambangan batang kecil digunakan. Ini mengambil bentuk pit bel, ekstraksi bekerja keluar dari suatu poros pusat, atau teknik yang disebut ruang dan pilar 'ruang' di mana batubara tersebut diekstraksi dengan pilar kiri untuk mendukung atap. Kedua teknik ini namun meninggalkan sejumlah besar batubara dapat digunakan di belakang. Referensi paling awal pada penggunaan batubara di Metalworking ditemukan dalam risalah geologi Pada batu (Lap. 16) oleh Theophrastus ilmuwan Yunani (c. 371-287 SM). Di antara bahan-bahan yang digali karena mereka berguna, yang dikenal sebagai batubara terbuat dari bumi, dan, setelah dibakar, mereka membakar seperti arang. Mereka ditemukan di Liguria ... dan Elis sebagai salah satu pendekatan Olympia oleh jalan gunung, dan mereka digunakan oleh mereka yang bekerja di logam.
Penggunaan awal dikenal batubara di Amerika adalah dengan bangsa Aztec yang menggunakan batu bara untuk bahan bakar dan jet (sejenis dari lignit) untuk hiasan. Di Romawi Inggris, Roma memanfaatkan segala coalfields utama (menyelamatkan orang-orang dari Utara dan Selatan Staffordshire) oleh AD akhir abad ke-2 Sementara banyak penggunaannya tetap lokal., Perdagangan hidup yang dikembangkan di sepanjang pantai Laut Utara untuk memasok batubara Yorkshire dan London. ini juga meluas ke Rhineland benua, dimana batu bara mengandung bitumen sudah digunakan untuk peleburan bijih besi.Ia digunakan dalam hypocausts untuk memanaskan pemandian umum, pemandian di benteng-benteng militer, dan vila-vila individu kaya. Penggalian telah mengungkapkan toko batubara di benteng-benteng di sepanjang Hadrian Wall, serta sisa-sisa industri peleburan di benteng-benteng seperti Longovicium dekatnya.
Setelah Roma kiri Inggris, di AD 410, tidak ada catatan batubara yang digunakan di negara ini sampai akhir abad ke-12. Tak lama setelah penandatanganan Magna Carta, pada 1215, batubara mulai diperdagangkan di wilayah Skotlandia dan Inggris utara-timur, di mana strata Karbon mana terpapar di pantai laut, dan dengan demikian dikenal sebagai "batubara laut". komoditas ini, bagaimanapun, tidak cocok untuk digunakan dalam jenis tungku domestik kemudian di gunakan, dan terutama digunakan oleh pengrajin untuk membakar kapur, logam kerja dan peleburan. Pada awal 1228, batu bara laut dari utara-timur dibawa ke London  Selama abad ke-13, perdagangan batubara meningkat di seluruh Inggris dan pada akhir abad ini sebagian besar coalfields di Inggris, Skotlandia dan Wales sedang bekerja pada skala kecil [6]:. 8 Karena penggunaan batubara antara seniman menjadi lebih luas, menjadi jelas bahwa asap batubara merugikan kesehatan dan peningkatan polusi di London menimbulkan keresahan banyak dan agitasi. Sebagai hasil dari ini, proklamasi Royal dikeluarkan tahun 1306 melarang artificers London menggunakan batu bara laut di tungku mereka dan memerintahkan mereka untuk kembali ke bahan bakar tradisional kayu dan arang 10 Selama paruh pertama 14 abad batubara mulai digunakan untuk pemanasan domestik di daerah produksi batubara dari Inggris, sebagai perbaikan dilakukan dalam desain tungku domestik . 13 Edward III adalah raja pertama yang mengambil minat dalam perdagangan batubara dari timur laut. , mengeluarkan nomor dari surat perintah untuk mengatur perdagangan dan memungkinkan ekspor batubara ke Calais . Permintaan batubara terus meningkat di Inggris pada abad ke-15, tapi masih terutama digunakan di distrik-distrik pertambangan, di kota-kota pesisir atau yang diekspor ke Eropa kontinental. Namun, pada pertengahan abad 16 pasokan kayu mulai gagal di Inggris dan penggunaan batu bara sebagai bahan bakar domestik dengan cepat memperluas. Pada 1575, Sir George Bruce dari Carnock dari Culross, Skotlandia, membuka tambang batubara pertama untuk mengekstrak batubara dari "pit parit" di bawah laut di Firth of Forth. Dia membangun sebuah pulau buatan loading di mana ia tenggelam poros 40 ft yang terhubung ke dua poros untuk drainase dan ventilasi ditingkatkan. Teknologi ini jauh di muka dari setiap metode penambangan batubara dalam periode abad pertengahan akhir dan dianggap salah satu keajaiban industri usia. Selama abad ke-17 sejumlah kemajuan dalam teknik pertambangan dibuat, seperti penggunaan tes membosankan untuk mencari deposito yang cocok dan pompa rantai, didorong oleh roda air, mengeringkan collieries  deposito Batubara ditemukan oleh koloni di Amerika Utara Timur pada abad ke-18.
3.1.2 Revolusi Industri
Revolusi Industri, yang dimulai di Inggris pada abad ke-18, dan kemudian menyebar ke benua Eropa, Amerika Utara, dan Jepang, didasarkan pada ketersediaan batu bara untuk mesin uap kekuasaan. Perdagangan internasional diperluas secara eksponensial ketika batubara-makan mesin uap dibangun untuk kereta api dan kapal uap di era 1810-1840 Victoria. Batubara lebih murah dan jauh lebih efisien daripada bahan bakar kayu di mesin uap yang paling. Sebagai Inggris tengah dan Utara berisi kelimpahan batubara, tambang banyak terletak di daerah ini serta lapangan batubara South Wales dan Skotlandia. Teknik-teknik skala kecil yang tidak cocok dengan permintaan meningkat, dengan ekstraksi bergerak menjauh dari ekstraksi permukaan penambangan poros sedalam Revolusi Industri berlangsung.
            Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu bara.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’.Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
1.      Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
2.      Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
3.      Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
4.      Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
5.      Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
1.      Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
2.      Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
3.      Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
4.      Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
5.      Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
1.      Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
2.      Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Batubara terbentuk dari endapan organik yaitu sisa – sisa tumbuhan – tumbuhan  yang terjadi selama beberapa ratus juta tahun yang lalu yang mengalami pengubahan melalui proses pembatubaraan. Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
1.      Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ lazimnya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.
2.      Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Batu Bara
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu dan tekanan.
Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat (C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan secara continue selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung sampai batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.Maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara, dalam proses pembatubaraan.
Sementara itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Disebabkan tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, batubara bermutu rendah yaitu batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlahair, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang. Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian.
Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al.,1983)(Tabel 5.2). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried (adb) menjadi dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983), dimana beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : High heating value (kcal.kg), Total moisture (%), Inherent moisture (%), Volatile matter (%), Ash content (%), Sulfur content (%), Coal size (%), Hardgrove grindability index (<3mm,>.

2.2  Pengertian Batu Bara
            Batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaanya melimpah di Indonesia. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Geologi, Kementerian ESDM tahun 2009, total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara.
Selain tumbuhan yang ditemukan bermacam-macam, tingkat kematangan juga bervariasi, karena dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lokal. Kondisi lokal ini biasanya kandungan oksigen, tingkat keasaman, dan kehadiran mikroba. Pada  umumnya sisa-sisa tanaman tersebut dapat berupa pepohonan, ganggang, lumut, bunga, serta tumbuhan yang biasa hidup di rawa-rawa. Ditemukannya jenis flora yang terdapat pada sebuah lapisan batubara tergantung pada kondisi iklim setempat. Dalam suatu cebakan yang sama, sifat-sifat analitik yang ditemukan dapat berbeda, selain karena tumbuhan asalnya yang mungkin berbeda, juga karena banyaknya reaksi kimia yang mempengaruhi kematangan suatu batubara.
Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit. Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Jadi pembentukan batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari sisa tumbuhan yang mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon, alterasi, pengurangan kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat penting.
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatu baraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137 H97 O9 NS untuk bituminus dan C240 H90 O4 NS untuk antrasit.

2.3 Kegunaan Serta Manfaat Batu Bara
Batubara merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk, tidak mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke bentuk lain perlu dilakukan. Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah) biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher); filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).
Ada beberapa faktor yang menadi alasan batubara digunakan sebagai sumber energi alternatif, yaitu:
1.      Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara.
2.      Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
3.      Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
4.      Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas
5.      Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
6.      Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
7.      Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handa
8.       Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
9.      Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
            Manfaat Pertambangan Batubara Pada tahun 1800-an, batubara secara harfiah mendorong industrialisasi dunia. Batubara menjadi sumber daya bagi lebih dari 35 persen listrik dunia dan digunakan untuk memproduksi 70 persen baja dunia. Sampai saat ini batubara ditambang di berbagai belahan dunia karena merupakan sumber energi. Berbagai industri menggunakan batubara untuk kebutuhan energi mereka. Meskipun banyak kekhawatiran mengenai keselamatan para penambang dan efeknya pada lingkungan, pertambangan batubara terus tumbuh hingga hari ini. Berikut adalah berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh pertambangan batu bara: 1. Pertambangan batubara menyediakan ketersediaan energi Batubara dianggap sebagai salah satu dari banyak mineral yang melimpah di dunia. Karena kelimpahan, banyak negara dan / atau industri bergantung pada batubara untuk kebutuhan energi mereka. Batubara dapat ditemukan di berbagai bagian AS dan di negara lain membuatnya tersedia untuk dikonsumsi. Hal ini berbeda dengan ketersediaan sumber energi lain seperti minyak atau gas alam. 2. Batubara menyediakan kemudahan penggunaan Ini adalah salah satu keuntungan terbesar batubara dibandingkan sumber energi lainnya. Setelah pertambangan batubara, hanya satu yang secara harfiah membakar  untuk dapat memanfaatkannya. Sumber energi lain harus diproses atau melalui beberapa tahapan persiapan dan perbaikan sebelum itu dapat berguna untuk orang. Minyak, misalnya perlu diproses dan disempurnakan sebelum dapat mencapai tujuannya. Dan karena batubara juga menyediakan kemudahan penyimpanan, dapat langsung digunakan ketika itu menjadi kebutuhan. 3. Batubara menyediakan sumber energi yang murah Bila dibandingkan dengan sumber energi lainnya, batubara dianggap yang termurah. Itu sebabnya beberapa negara mengandalkan batubara meskipun ada beberapa efek terhadap lingkungan. Energi merupakan syarat utama dalam hampir di setiap negara karna apa pun yang muncul lebih murah selalu diharapkan. Penduduk bumi semakin besar dari hari ke hari dan dengan kelangkaan dan biaya sumber energi lainnya, banyak negara telah mendukung pertambangan batubara menjadi produsen energi utama mereka. Hal ini juga menyatakan bahwa seluruh industri produksi batubara lebih banyak membuat lapangan pekerjaan dari pertambangan hingga perdagangan dan distribusi. Semua ini akan menerjemahkan  manfaat dari batubara  tidak hanya untuk pengguna akhir maupun masyarakat tetapi juga untuk seluruh negeri. Beberpa manfaat batubara bagi manusia : Sebagai bahan untuk produksi baja dan besi Sebagai bahan bakan pembangkit listrik Sebagai bahan bakar cair Sebagai bahan bakar produk semen Untuk pembuatan karbon aktif Sebagai penyerap dalam daur ulang minyak pelumas bekas Sumber bahan untuk tungku hemat energi yang bisa di gunakan sebagai kebutuhan rumah tangga dan industri kecil Batubara Untuk Membuat Kokas, Kokas untuk Membuat Baja Produsen bir adalah orang yang pertama kali menggunakan kokas. Untuk memanggang biji-bijian yang digunakan untuk membuat produk bir mereka, produsen bir mempelajari bagaimana cara untuk memanaskan batubara pada temperatur yang sangat tinggi dengan kondisi kedap udara. Proses ini menyingkirkan byproduk yang tidak diinginkan seperti ter, minyak dan gas dari batubara. Produk akhirnya adalah massa karbon yang hampir murni, bernama kokas. Kokas bekerja dengan baik untuk memproduksi bir,tetapi yang lebih penting, kokas menjadi bahan utama dalam produksi baja. Dalam produksi baja, kokas dan bijih logam, seperti bijih besi, digabungkan dalam blast furnace. Kokas menyediakan panas yang secara kimiawi mengubah bijih yang seperti batu menjadi bentuk logam cair. Kokas juga membantu memisahkan gas dari logam cair. Sementara gas naik di dalam tungku, logam cair tenggelam ke bawah dimana ia akan diambil untuk diproses lebih lanjut menjadi baja. Selain itu manfaat batubara juga dirasakan dipabrik-pabrik pembuat kertas, dan juga industri farmasi. Hasil sampingan batubara juga bisa diproduksi menjadi beberapa macam produk kimia. Misalnya batubara setelah diolah dimurnikan bisa menjadi bahan pembuat minyak fenol, benzene, kreosot dan naftalen. Dari tungku kokas bisa diambil gas amonia yang berguna untuk membuat pupuk, garam amonia dan asam nitrat. Selain itu, komponen-komponen batubara jika diolah bermanfaat untuk zat pelarut, zat peawrna, sabun, plastik, rayon, aspirin dan nilon. Batubara juga menjadi bahan penting memproduksi seperti berikut : Serat karbon, berfungsi sebagai bahan pengeras yang ringan dan kuat, biasanya digunakan pada rakit tenis, sepeda gunung dan bahan kontruksi. Metal silikon, berfungsi untuk membuat silan dan silikon. Jika diolah lebih jauh dapat juga digunakan untuk membuat bahan kedap air, kosmetik, pelumas, rasin, pasta gigi, dan sampo. Karbon teraktivasi, seringkali digunakan dalam pembersihan udara, mesin pencuci darah dan saringan air. Manfaat Briket Batubara Ada salah satu produk batubara yang sangat besar manfaatnya bagi keberlangsungan ketersediaan energi bagi Indonesia, yaitu briket batubara. Briket batubara merupakan bahan bakar yang sudah melalui proses pemampatan dan memiliki daya tekatan tertentu, berbentuk dan memiliki ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga mudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun manfaat menggunakan batubara dalam bentuk briket adalah sebagi berikut : Mengurangi penggunaan karna ketergantungan pada minyak Bumi semakin lama semakin menipis. Kemudahan penggunaan teknologi sederhana yang memungkinkan batubara dapat dibentuk menjadi briket untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif. Selain bisa menggantikan bahan bakar minyak juga bisa mengurngi penggunaan kayu bakar.
Batubara sebagai bahan galian memiliki peran penting. Misalnya sebagai bahan bakar alternative nonminyak dan gas (nonmigas), digunakan dalam industri kimia dan industri lainnya.
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Pembakaran batubara merupakan pemanfaatan batubara secara langsung untuk memperoleh energi panas dan menghasilkan gas buang (flue gas) dan abu. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) merupakan salah satu contoh pemanfaatan batubara secara langsung. Dalam pemanfaatn tersebut, batubara uap dibakar dipembangkit uap (bolier) untuk menghasilkan panas yang akan digunakan untuk mengubah air menjadi uap air, yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan turbin uap dan memutar generator guna menghasilkan energi listrik.
Mula-mula ukuran butiran batubara tersebut dikecilkan hingga berukuran halus untuk menambah luas permukaannya agar lebih mudah terbakar. Batubara tersebut kemudian disemburkan ke tungku pembakaran bertemperatur tinggi. Gas dan energi panas yang dihasilkan mengubah air pada tabung di sekeliling tungku tersebut menjadi uap. Uap bertekanan tunggi memutar turbin dengan kecepatan tinggi guna menggerakkan generator. Saat ini, penggunaan batubara sebagai sumber energi pembangkit listrik tercatat lebih kurang 39% kebutuhan listrik dunia (Panduan bisnis PTBA, 2008)
2. Industri besi dan baja
Peran batubara penting dalam kegiatan industri besi dan baja. Sekitar 64% produksi baja dunia berasal dari besi. Sebagai gambaran produksi baja dunia yang mencapai 965 juta ton pada tahun 2003 memanfaatkan batubara sebesar 543 juta ton. Proses peleburan besi dan baja tersebut menggunakan kokas dan batubara. Proses peleburan biji besi dilakukan dengan menggunakan tungku peleburan tanur tinggi (blast furnace) dengan menggunakan kokas sebagai reduktor.


Reaksi reduksi terjadi sebagai berikut :
C    + O2           ——>                   2CO2
CO2 + C             ——>                    2CO
Fe2O3 + 3CO     ——>                    2Fe  +  3CO2
3. Industri Semen
Batubara digunakan sebagai sumber energi panas pada industri semen. Pada proses pembakaran dalam tungku (klin), batubara dibakar dalam ukuran halus (bentuk bubuk) dengan setiap 450 gram (g) batubara akan menghasilkan semen sekitar 900 g. Pada masa mendatang peran batubara masih cukup besar dalam industri semen.
Beberapa Manfaat Batu Bara Bagi Manusia Sejak dahulu, batu bara telah ditambang dari perut bumi dan dirasakan manfaatnya oleh manusia. Inilah penggunaan batu bara yang umum:
1.      Sebagai bahan produksi baja dan besi
2.      Sebagai bahan bakar pembangkit listrik
3.      Sebagai bahan bakar cair
4.      Sebagai bahan bakar produksi semen
5.      Sumber bahan bakar untuk tungku hemat energi yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga atau industri kecil.
6.      Untuk pembuatan karbon aktif.
7.      Sebagai penyerap dalam daur ulang minyak pelumas bekas.
Selain itu, manfaat batu bara juga dirasakan di pabrik-pabrik pembuatan kertas, pengolahan alumina, industri kimia, dan industri farmasi. Hasil sampingan batu bara juga bisa diproduksi menjadi beberapa macam produk kimia. Misalnya, ter batu bara setelah diolah dan dimurnikan bisa menjadi bahan pembuat minyak fenol, benzene, kreosot, dan naftalen. Dari tungku kokas bisa diambil gas amonia yang berguna untuk membuat pupuk, garam amonia, dan asam nitrat. Selain itu, komponen-komponen batu bara jika diolah bermanfaat untuk pembuatan zat pelarut, zat pewarna, sabun, plastik, rayon, aspirin, dan nilon.
Batu bara juga menjadi bahan penting dalam produksi produk berikut:
1.      Serat karbon, berfungsi sebagai bahan pengeras yang ringan dan kuat. Biasanya digunakan pada sepeda gunung, raket tenis, dan bahan konstruksi.
2.      Metal silikon, berfungsi untuk membuat silan dan silikon. Jika diolah lebih jauh lagi, ini digunakan untuk membuat bahan kedap air, pelumas, kosmetik, pasta gigi, resin, dan sampo.
3.      Karbon teraktivasi, sering kali dimanfaatkan dalam pembersih udara, mesin pencuci darah, dan saringan air.






















BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.      Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode    Pembentukan Karbon atau Batu Bara) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau ‘brown coal (batu bara coklat)’ – Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara ‘sub-bitumen’.Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk ‘bitumen’ atau ‘antrasit’. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
2.      Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatu baraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
3.      Sejak dahulu, batu bara telah ditambang dari perut bumi dan dirasakan manfaatnya oleh manusia. Inilah penggunaan batu bara yang umum:
·         Sebagai bahan produksi baja dan besi
·         Sebagai bahan bakar pembangkit listrik
·         Sebagai bahan bakar cair
·         Sebagai bahan bakar produksi semen
·         Sumber bahan bakar untuk tungku hemat energi yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga atau industri kecil.
·         Untuk pembuatan karbon aktif.
·         Sebagai penyerap dalam daur ulang minyak pelumas bekas.
3.2 SARAN
1.      Sumber daya alam batubara dan minyak bumi semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi dengan tidak dapatnya  diperbaharui; untuk itu kita harus menghemat penggunaan batu bara dan minyak bumi.
2.      Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan eksploitasi Sumber daya alam.
3.      Gunakanlah peralatan hidup sehari-hari yang hemat energy dan BBM.


















DAFTAR PUSTAKA

Probowati,Dyah. 2008. Batubara.Yogyakarta : PT Citra Aji Parama.
Pertiwi, H.D. 2011. Dampak Keberadaan Perusahaan Pertambangan Batubara
Terhadap Aspek Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Era Otonomi Daerah (Kasus: Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda).
Skripsi. Institute Pertanian Bogor (IPB): Bogor.
Sidik H., Tala'ohu dan Irawan. 2013. Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara. Konservasi Tanah dan Air dan Agroklimat, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Soemarwoto, O. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar