erbit askar
mahasiswa teknik geologi
Asal Muna barat
Kata
Pengantar
Puji sukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayahnya dan memberi
kenikmatan yang tiada henti, baik nikmat jasmani dan nikmat rohani, sehingga
penulis dapat menyusun makalah ini yang insyaalah sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam penuliasan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, guru-guru dan teman-teman yang
sudah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam pemahaman atau penulisan, sangat
besar harapan penulis ada saran atau kritik dari guru-guru di sekolah MTs.
Negeri Pandeglang II, teman-teman dan pembaca yang bersifat membangun demi
perbaikan penulisan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfa’at
bagi pembaca, terutama bagi penulis, Amin.
Kendari ,
juni 2017
Penulis
Daftar
Isi
Kata
Pengantar …………………………………………………………..…........
Daftar
Isi ……………………………………………………………………........
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ……………………………………..............
1.2
Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3
Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………..
1.4 Metode Analisis…………………………………………………………..
BAB
II PEMBAHASAN
1.1 Geologi
Regional………………………………………………………...
1.2 Sejarah Geologi Papua………………………………………………...
1.3 Seting Tektonik
Papua………………………………………………….
1.4 Fisiografi Daerah
Papua……………………………………………….
1.5 Stratigrafi Daerah
Papua………………………………………………
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………….............
Daftar
Pustaka………………………………………………………………........
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan kota pantai
sejak 10 tahun terakhir diikuti oleh sejumlah masalah, antara lain yang
berkaitan dengan problem lingkungan dan keterbatasan sumberdaya (lahan, air, bahan
konstruksi, dan lain-lain).Perkembangan berikutnya diwarnai oleh keragaman
berdasar fungsi kota, sebagai kota administratif, perdagangan, industri, atau
campurannya. Perluasan kota mulai melampaui batas daya dukung lahan, fungsi
alami lingkungannya terabaikan dan sumberdayanya terpakai berlebihan.
Berlebihnya pengambilan sumber daya air tanah menimbulkan penurunan muka tanah
(kompaksi) dan air tanahnya sendiri, sementara kemampuan resapan air meteorik
jauh berkurang oleh tutupan bangunan dan jalan. Sedikit penyimpangan gejala
alam - bahkan tanpa penyimpanganpun - pada perioda tertentu, gejala alam dapat
menimbulkan bencana bagi manusia.Saat bersamaan antara terjadinya curah hujan
berlebih dengan saat terjadinya pasang naik maksimum menyebabkan banjir, akibat
tertahannya air sungai masuk ke laut, atau saat pasang maksimum dengan badai
musim (barat) menyebabkan erosi pada pantai yang sudah tidak terlindungi
(bakau) dan mengalami kekurangan asupan sedimen. Pengerukan sedimen laut
mengubah titik hempasan enersi maksimum gelombang yang berdampak pada erosi
pantai, terlebih bila tidak ada lagi pelindungnya, seperti bakau dan atau
terumbu karang. Kenaikan suhu atmosfer global yang akan diikuti oleh naiknya
paras muka laut adalah salah satu ancaman serius walau masih memerlukan waktu
cukup lama (skenario GCM: 1-4°C). Papua merupakan salah satu pulau terbesar yang termasuk
kedalam kepulauan Indonesia Bagian Timur. Papua memiliki keadaan atau struktur
geologi yang sangat kompleks termasuk Irian Jaya didalamnya. Konfigurasi
Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng
Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng
Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Konfigurasi tektonik seperti
ini mengakibatkan
1.2 RUMUSAN MASALAH
Makalah ini dirumuskan menjadi :
1. Bagaimana bentuk struktur geologi dan
tatanan tektonik Papua?
2. Bagaimana fisiografi geografis dan
geomorfologi Papua?
3. Bagaimana sejarah geologi dari Papua?
4. Bagaimana struktur sedimen dan stratigrafi
Papua?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah
:
1. Mengetahui
struktur geologi dan tatanan tektonik Papua
2. Mengetahui
fisiografi geografis dan geomorfologi Papua
3. Mengetahui
sejarah geologi dari Papua
1.4 METODE ANALISIS
Metode analisis yang digunakan dalam
penulisan makalah ini dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengumpulan data dan
tahap pembahasan. Baik pada tahap pengumpulan data maupun tahap pembahasan,
penulis melakukan studi literatur dari berbagai sumber dan situs internet.
BAB II
PEMBHASAN
2.1 GEOLOGI
REGIONAL
Fisiografi
Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian Kepala
Burung, Leher dan Badan. Bagian utara
Kepala Burung merupakan pegunungan dengan relief kasar, terjal sampai sangat
terjal. Batuan yang tersusun berupa batuan produk vulkanisme, batuan ubahan, dan batuan intrusif
asam sampai intermedier. Morfologi ini
berangsur berubah ke arah baratdaya berupa
dataran rendah aluvial, rawa dan plateau batugamping.Bagian
Badan didominasi oleh pegunungan tengah, dataran
pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan di selatan berupa dataran dan rawa
pada permukaan dekat laut. Dataran di utara terdiri dari cekungan luar antar
bukit dikenal sebagai dataran danau yang dibatasi di bagian utaranya oleh medan
kasar dengan relief rendah sampai sedang.
Pulau New
Guinea (Papua) telah diakui
sebagai hasil subduksi
antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Menurut Pigram dan Davies
(1987), proses konvergen dan
deformasi kedua
lempeng ini dimulai sejak Eosen dan terus beralangsung hingga
sekarang.
Berdasarkan proses tersebut kondisi geologi
dan fisiografi Pulau New
Guinea dapat dibagi ke dalam 3 provinsi tektonik yaitu :
1. Dataran
Bagian Selatan (Sauthern Plains)
2. New
Guinea Mobile Belt (NGMB)
3. Bagian
Tepi Lempeng Pasifik (Sabuk Ophiolite Papua )
Kenampakan fisiografi dari
Papua ini merupakan ekspresi dari keadaan geologi dan tektonik yang pernah
terjadi di tempat tersebut. Lempeng Australia yang berada di bawah laut
Arafura dan meluas ke arah utara merupakan dasar bagian selatan dari Pegunungan
Tengah Papua, batuan dasarnya tersusun oleh batuan sedimen paparan berumur
Paleozoik sampai Kuarter Tengah (Visser dan Hermes, 1962; Dow dan Sukamto,
1984)
Provinsi
Tektonik Dataran selatan terdiri dari dataran dan rawa-rawa didasari oleh
batuan sedimen klastis yang mempunyai ketebalan lebih dari 2 km berumur Eosen
sampai MiosenTengah ditutupi oleh batugamping berumur Pliosen-Plistosen (Dow dan
Sukamto, 1984). Lebar dataran ini membentang sepanjang 300 km. Masuk lebih
ke dalam lagi dijumpai adanya formasi-formasi batuan yang terlipat kuat
dan mengalami persesaran intensif yang dikenal dengan sebutan New Gunea Mobile Belt
(Dow, 1977). Kerak Kontinen Lempeng Australia yang ditutupi oleh sedimen
paparan yang berada pada bagian ini telah mengalami pengangkatan dan
terdeformasi selebar 100 km.
2.2
SEJARAH GEOLOGI PAPUA
Papua terletak pada
1˚-9˚ LS dan 129˚-141˚ BT. Geologi Papua sangat kompleks melibatkan interaksi
antara lempeng Australia dengan lempeng Pasifik. Hampir seluruh evolusi
tektonik Kenozoikum merupakan hasil interaksi konvergen antara lempeng
IndoAustralia dan lempeng Pasifik (Hamilton, 1979; Dow et al., 1988). Papua
Nugini dan Pegunungan Central Range merupakan hasil tumbukan antara kontinen
dan busur kepulauan (Dewey and Bird, 1970). Pegunungan Central Range terbentuk
dari batuan Mesozoikum yang terlipat dan tersesarkan serta lapisan Kenozoikum
yang terendapkan pada batas Kontinental pasif. Di batasi oleh:
Keterangan: Warna Biru
= Batu Gamping atau Dolomite Warna Merah = Batuan Beku atau Malihan Warna
Abu-abu = Sedimen lepas(kerikil, pasir, lanau) Warna Kuning = Sedimen Padu(tak
terbedakan) Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang
panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman
Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari
lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan
klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan
karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang berumur
Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter. Pada Kala
Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua,yang merupakan
akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen
pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies
sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benua membentuk Jalur
Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo” Akibat lebih lanjut
tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) LempengPasifik ke tas jalur
malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua. Peristiwa tektonik penting kedua
yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan
Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng
Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen
Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New
Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem
yang komplek dengan kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah ke
Selatan, lipatan kuat ataurebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan
Orogenesa Melanesia inidiperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke
Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan
detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000
- 12.000 meter. Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan
paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah.
Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dari utara
dengan pola yang dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini. Fase magmatisme
tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,diperkirakan berumur
Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme
berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada
sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia Derewo yang berumur Miosen Akhir
sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik
sampai monzonitik yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen
Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai
Kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk
seperti Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Tumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsunghingga sekarang menyebabkan
deformasi batuan dalam cekungan molase tersebut.Menurut Smith (1990),sebagai
akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan
4 batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat - tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, SobaTagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara didaerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute
4 batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat - tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, SobaTagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara didaerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute
Geologi Papua merupakan manfestasi dari suatu periode endapan
sedimentasi dengan masa yang panjang, yang berada pada tepi Utara
Kraton Australia yang pasif.
Proses sedimentasi tesebut berawal pada Zaman Karbon sampai
Tersier Akhir. Lingkungan pengendapannya berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut
dangkal sampai laut dalam.
Proses sedimentasi ini menhasilkan endapan batuan klastik kuarsa,
lapisan batuan merah karbonatan, dan berbagai
batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur
Miosen. Tebal
keseluruhan endapan ini mencapai + 12.000 meter.
Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas
tektonik besar pertama di Papua, yang muncul akibat tumbukan antara Lempeng Australia dengan Lempeng
Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau
berbutir halus, turbidit karbonan pada sisi benua membentuk Jalur Metamorf
Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”.
Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah
terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur
malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
Peristiwa tektonik penting kedua yang
melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen
yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng
Pasifik.
Hal ini mengakibatkan deformasi dan
pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur
Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak pada Pegunungan
Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang kompleks dengan
kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat
atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia
ini diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Dari pertengahan Miosen sampai
Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi yang
kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di
cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000-12.000 meter.
Pemetaan Regional yang dilakukan oleh
PT Freeport, menemukan paling tidak pernah terjadi tiga fase magmatisme
di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan
berkurang ke arah selatan dani utara dengan pola yang dikenali oleh Davies
(1990) di Papua Nugini.
Fase magmatisme
tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur
Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme
berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada
sisi Selatan Patahan Orogenesa Melanesia Derewo yang berumur Miosen Akhir
sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik
sampai monzonitik yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif
mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos
hingga mencapai Kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au
dapat terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi di Papua Nugini. Tumbukan Kraton Australia dengan
Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan deformasi
batuan dalam cekungan molase tersebut. mengubah batuan sedimen
dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat-tempat
konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada
lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg,
Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu,
Mogo-Mogo, Obano,
Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom,
Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung
terdapat di Aisijur dan Kali Sute. Sementara itu dengan adanya busur
kepulauan.Gunungapi
(Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Islamd
(F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen Island (Yapen
Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), Memungkinkan terdapatnya logam, emas
dalam bentuk nugget. Batuan
terobosan di Tembagapura berumur 3 juta tahun (McMahon, 1990, data tidak
dipublikasikan), sedangkan batuan terbosan OK Tedi berumur Pliosen akhir pada
kisaran 2,6 sampai 1,1 juta tahun. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nabire
Bhakti Mining terhadap 5 contoh batuan intrusi di Distrik Komopa
menghasilkan umur antara 2,9 juta tahun sampai 3,9 juta tahun. Selama
Pliosen (7-1 juta tahun
yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I, suatu tipe
magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber
mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen
(3,5-2,5 JTL)
intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian
pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon
dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang
diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan
sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith
(1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik
adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam
batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan
perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya
2.3 SETTING TEKTONIK
Setting Lempeng Tektonik Papua telah
diulas oleh beberapa ahli geologi seperti Dow dkk (1985), Smith (1990) dan Mark
Closs (1990) dapat dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan posisi dan
sejarah tektonik. Konfigurasi Tektonik Pulau Papua pada saat ini
berada pada bagian tepi utara Lempeng Australia, yang berkembang
akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara dengan
Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah
evolusi yang diidentifikasi yeng berkaitan erat dengan perkembangan sari proses
magmatik dan pembentukan busur gunung api yang berasoisasi dengan mineralisasi
emas phorpir dan emas epithermal. Menurut Smith (1990), perkembangan Tektonik
Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut:
Periode Oligosen sampai
Pertengahan Miosen (35-5 JT)
Pada bagian belakang busur Lempeng
kontienental Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses sedimentasi
dari Kelompok Batugamping New Guinea selama Oligosen-Awal Miosen dan
pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera
Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk perkembangan Busur Melanesia
pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44-24 Juta Tahun
yang (JT). Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang
terjadi pada Oligosen-Awal
Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West
Delta-Kali Sute di
Kepala Burung Papua. Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi
pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada
bagian utara dan Timur Laut Lempeng Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk
Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papau diekspresikan oleh adanya
Formasi Tamrau
Pada Akhir
Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah
utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Australia
membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon-Utawa dan busur Maramuni di New Guinea.
Periode Miosen Akhir-Plistosen (15-2 JTL)
Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi
utara Lempeng Australia di New Guinea sangat dipengerahui oleh karakteristik
penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan
pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18-7 Juta Tahun.
Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas
sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf,
sedangkan Maramuni di utara, Lempeng Samudera Solomon menunjam terus di
bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya penciutan ukuran selama Miosen
Akhir.
Pada 10 juta tahun yang lalu,
pergerakan lempeng Australia terus berlanjut dan pengrusakan pada Lempeng
Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di perbatasan bagian
utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal
busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur membentuk bagian Landasan
Sayap Miosen seperti yang diekspresikan oleh Gunung Api Mandi di Blok
Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak. Kemiringan tumbukan ini
mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur Melanesia dan
bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api
Mandi dan Arfak terus berlangsung terus hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan
akhir dan penunjaman dan perkembangan dari busur Moon-Utawa.
Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke
timur mulai dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu-Zona Patahan
Markam. Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan
terjadi sepanjang Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna,
membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh
pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari Lempeng Australia.
Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan
bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan
bagian timur. Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin
bertambah ke arah timur.
Akibat tumbukan tersebut memberikan
perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan paparan di bagian selatan
dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar Naik Papua. Zona Selatan
tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah kemiringan konvergensi
antara pergerakan ke utara lempeng Australia dan pergerakan ke barat lempeng
Pasifik mengakibatkan terjadinya resultante NE-SW tekanan deformasi. Hal
itu mengakibatkan pergerakan evolusi tektonik Papua cenderung ke arah
Utara Barat sampai sekarang. Kejadian tektonik singkat yang penting adalah
peristiwa pengangkatan yang diakibatkan oleh tumbukan dari busur kepulauan
Melanesia. Hal ini digambatkan oleh irisan stratigrafi di bagian mulai dari
batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari bagian sisi utara Lempeng
Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua. Bagian tepi utara dari jalur
sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf dan teras ophilite yang menandai
kejadian pada Miosen Awal. Perbatasan bagian selatan dari sesar naik ini
ditandai oleh adanya terpotong di
sepanjang Jalur Sesar Naik. Jejak mineral apatit memberikan gambaran bahwa
terjadi peristiwa pengangkatan dan peruntuhan secara cepat pada 4-3,5 juta tahun
yang lalu (Weiland, 1993).
Selama Pliosen (7-1 juta tahun
yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe magma I, suatu
tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi sumber
mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi. Selama pliosen
(3,5-2,5 JTL)
intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung terjadi pada bagian pemekaran
sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai respon dari
peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Australia yang
diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan
sedimen yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith
(1990), Sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik
adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam
batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan
perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan
mineralisasi dengan tembaga yang
berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat-tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi
diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek
Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu,
Komopa, Dawagu,
Mogo Mogo, Obano,
Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom,
Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara di daerah Kepala Burung
terdapat di Aisijur dan Kali Sute. Sementara itu dengan adanya busur
kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari :Waigeo Island
(F.Rumai) Batanta Islamd (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak
Volc), Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), Memungkinkan
terdapatnya logam, emas dalam bentuk nugget.
a.
Evolusi Tektonik Pulau Papua
Tektonik lempeng
merupakan teori yang dapat menjelaskan mengenai pergerakan lempeng-lempeng di
muka bumi dan telah diterima umum sebagai teori yang valid dari sebuah teori
geologi. Teori ini menjelaskan bahwa di permukaan bumi ini, terdapat 7 lempeng
besar dan lempeng-lempeng (lithosfer) kecil lainnya. Kesemuanya mempunyai
pergerakan aktif dan dinamik sebagai akibat kegiatan energi di inti bumi.
Tiap-tiap lempeng terdiri dari kerak benua (continental crust) dan kerak
samudera (oceanic crust), yang kesemuanya bergerak relative terhadap sesamanya.
Bagian selatan Pulau Papua merupakan tepi utara dari benua paling kuno, yaitu
Gondwanaland Termasuk dalam bagian benua ini adalah Benua Antartika, Benua
Australia, India, Amerika Selatan, Selandia baru, dan Kaledonia Baru.
Pembentukan Pulau Papua telah banyak didiskusikan oleh para ahli geologi dan
mendapat perhatian yang cukup besar karena geologinya yang kompleks tersebut
Pada mulanya pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang paling dalam. Awal
terpisahnya benua yang mencakup Papua di dalamnya(Benua Australia) terjadi pada
masa Kretasius Tengah(kurang lebih 100 juta tahun yang lalu). Lempeng Benua
IndiaAustralia(atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara
keluar dari posisi kutubnya dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik
yang bergerak ke arah Barat. Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari endapan
(sedimentation) dengan masa yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang
pasif dimulai pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan
berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal, sampai laut dalam dan
mengendapkan batuan klastik kuarsa, termasuk lapisan batuan klastik karbonat,
dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea
berumur Miocen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai lebih dari 12.000
meter. Selain itu, Papua juga terbentuk berdasarkan pertumbukan yang dihasilkan
dari interaksi konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng
Australia, dijelaskan bahwa Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga lempeng
ini berada di bawah Lempeng Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke utara
dan rotasi dari benua super ini, seluruh Papua dan Australia bagian utara
berada di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling Utara pada Lempeng
India-Australia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 480 Lintang Selata
yang merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika
Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun
lalu, Pulau Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 350 Lintang
Selatan, dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa subduksi antara ke-2 lempeng
tersebut telah menyebabkan endapan 5 Benua Australia terangkat sehingga
memunculkan Pulau Papua. Proses ini berlanjut selama masa Pleistosen hingga
Pulau Papua terbentuk seperti sekarang ini. Proses pengangkatan ini berdasarkan
skala waktu geologi, kecepatannya adalah 2,5km per juta tahun. Apabila
dijabarkan berdasarkan periode-periodenya, maka aktivitas tektonik penting yang
menjadi cikal bakal Papua saat ini terjadi melalui beberapa tahap, yaitu: 1.
Pada Kala Oligosen terjadi pergerakan tektonik besar pertama di Papua, yang
merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur
Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa
fasies sekis hijau berbutir halus dan turbidit karbonat pada sisi benua
sehingga membentuk Jalur “Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf
Dorewo". Akibat lebih lanjut dari aktivitas tektonik ini adalah terjadinya
sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit
Papua. 2. Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah
Orogenesa Melanesia yang dimulai pada pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh
adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan
deformasi dan pengangkatan kuat dari batuan sedimen Karbon-Miosen(CT) dan
membentuk Jalur Aktif Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua
adalah Orogenesa Melanesia yang dimulai pada pertengahan Miosen yang
diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal
ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat dari batuan sedimen
KarbonMiosen(CT) dan membentuk Jalur Aktif. . Periode terbentuknya Pulau Papua 6
Proses konvergen antar lempeng juga mengakibatkan terbentuknya pegunungan di
Papua. Pegunungan tersebut adalah Pegunungan Jayawijaya yang memiliki Puncak
Jaya sebagai puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia dengan ketinggian
4.884 mdpl. Pada pegunungan ini ditemukan fosil hewan laut yang sekaligus
merupakan bukti bahwa Papua dahulu merupakan dasar lautan yang mengalami
pengangkatan. Puncak Wijaya mempunyai salju yang diyakini sebagai salju abadi.
2.3 Fisiografi dan Stratigrafi di Papua
Fisiografi
Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian Kepala
Burung, Leher dan Badan. Bagian utara Kepala Burung merupakan pegunungan dengan
relief kasar, terjal, sampai sangat terjal. Batuan yang tersusun berupa batuan
gunung api, batuan ubahan, dan batuan intrusif asam sampai menengah. Morfologi
ini berangsur berubah ke arah barat sampai selatan berupa dataran rendah
aluvial, rawa dan plateau batugamping. Bagian Badan didominasi oleh Pegunungan
Tengah, dataran pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan di selatan berupa
dataran dan rawa pada permukaan dekat laut. Dataran di utara terdiri dari
cekungan luar antar bukit dikenal sebagai dataran danau yang dibatasi di bagian
utaranya oleh medan kasar dengan relief rendah sampai sedang.
Pulau New Guinea telah diakui
sebagai hasil dari tumbukan Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Menurut
Pigram dan Davies (1987), Konvergensi dan deformasi bagian tepi utara lempeng
Australia yang berada di bagian timur Papua New Guinea dimulai sejak Eosen
hingga sekarang.
Hal itu mengakibatkan kenampakan geologi dan fisiografi
Pulau New Guinea dapat dibagi ke dalam 3 provinsi tektonik yaitu :
1. Dataran Bagian Selatan (Sauthern Plains)
2. New Guinea Mobile Belt (NGMB)
3. Bagian Tepi Lempeng Pasifik (Sabuk Ophiolite Papua )
Kenampakan
fisiografi dari Papua ini merupakan kenampakan dari keadaan geologi dan
tektonik yang pernah terjadi di tempat tersebut. Kerak kontinen Lempeng
Australia yang berada di bawah laut Arafura dan meluas ke arah utara merupakan
dasar bagian selatan dari Pegunungan Tengah Papua, batuan dasarnya tersusun
oleh batuan sedimen paparan berumur Paleozoik sampai Kuarter Tengah (Visser dan
Hermes, 1962; Dow dan Sukamto, 1984). Provinsi Tektonik Dataran selatan terdiri
dari dataran dan rawa-rawa didasari oleh batuan sedimen klastis yang mempunyai
ketebalan lebih dari 2 km berumur Eosen sampai MiosenTengah ditutupi oleh
batugamping berumur Pliosen – Plistisen (Dow dan Sukamto, 1984). Lebar dataran
ini membentang sepanjang 300 km.
Masuk lebih kedalam lagi dijumpai adanya formasi-formasi
batuan yang terlipat kuat dan mengalami persesaran intensif yang dikenal dengan
sebutan New Guinea Mobile Belt (Dow, 1977). Kerak Kontinen Lempeng Australia
yang ditutupi oleh sedimen paparan yang berada pada bagian ini telah mengalami
pengangkatan dan terdeformasi selebar 100 km berupa perlipatan dan persesaran
ini menempati bagian ketiga dari Mobile Belt.
Kompresi, deformasi dan pengangkatan
dari Pegunungan Tengah disebut oleh Dow dan Sukamto (1984) sebagai Orogenesa
Melanesia. Proses orogenesa dimulai pada awal Miosen hingga Miosen Akhir dan
mencapai puncaknya selama Pliosen Akhir hingga Awal Plistosen. Geometri
struktur jalur lipatan ini mengarah ke Barat Laut (Minster dan Jordan, 1978),
selanjutnya Dow dan Sukamto (1984) memperkirakan mengarah 55º dari selatan ke
arah barat dan relatif konstan sepanjang orogenesa berlangsung. Batuan dasar
dan sedimen paparan terangkat secara bersamaan sepajang komplek sistem struktur
yang mengarah ke barat laut tersebut. Sebagai akibatnya bagian sedimen yang ada
pada daerah tersebut mengalami persesaran dan terkoyakan, perlipatan yang kuat
pada bagian selatan dari antiklin sering mengalami pembalikkan sepanjang
struktur utama yang mengalami pergeseran mendatar mengiri (Dow dan Sukamto,
1984).
Di Papua bagian utara atau bagian ke
dua dari Mobile Belt New Guinea tersusun oleh batuan vulkanik afanitik yang
merupakan bagian tepi utara lempeng Australia yang terjadi selama periode
tumbukan kontinen dengan busur kepulauan pada waktu Oligosen (Jaques dan
Robinson, 1997; Dow, 1977). Bagian dari Mobile Belt ini tersusun oleh batuan
ultramafik Mesozoik sampai Tersier dan mendasari batuan intrusi dari Sabuk
Ophiolit Papua dibagian utara yang dibatasi oleh suatu endapan gunung api bawah
laut yang berumur Tersier. Endapan Gunung Api bawah laut ini tumpang tindih
dengan sedimen klastik hasil erosi selama pengangkatan pegunungan tengah yang
diendapkan di cekungan Pantai Utara (Visser dan Hermes, 1962). Sabuk Ophiolite
ini dibagian selatan dibatasi oleh suatu seri dari komplek patahan terbalikkan
sehingga mendekatkan sabuk ophiolit untuk berhadapan dengan sedimen dari Jalur
Pegunungan Tengah. Pergerakan dari kerak samudera Pasifik sekarang mempunyai
batas di sebelah utara pantai Pulau New Gunea. Formasi stratigrafi yang
menyusun daerah ini diterobos oleh suatu grup magma intermediate berumur
Pliosen berupa kalk alkali stock dan batholit yang menempati sepanjang jalur
struktur regional utama.
2. Stratigrafi
Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas :
1.
Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)
Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah
tersingkap Formasi Awigatoh sebagai batuan tertua di Papua yang berumur
pre-Kambium. Formasi ini juga disebut Formasi Nerewip oleh Parris (1994) di
dalam lembar Peta Timika. Formasi ini terdiri dari batuan metabasalt,
metavulkanik dengan sebagian kecil batugamping, batuserpih dan batulempung.
Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kariem. Formasi
Kariem tersusun oleh perulangan batupasir kuarsa berbutir halus dengan
batuserpih dan batulempung. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Awal
Paleozoikum atau pre-Kambium yang didasarkan pada posisi stratigrafinya yang
berada di bawah Formasi Modio yang berumur ilur Devon.
Didaerah Gunung Bijih Mining Access
(GBMA) dijumpai singkapan Formasi Kariem yang ditutupi secara disconformable
oleh Formasi Tuaba. Formasi Tuaba tersusun oleh batupasir kuarsa berlapis
sedang dengan sisipan konglomerat dan batuserpih yang diperkirakan berumur Awal
Paleozoikum atau pre-Kambrium. Selanjutnya di atas Formasi Tuaba dijumpai
Formasi Modio yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah Anggota A yang
didominasi oleh batuan karbonat yaitu stromatolitik dolostone yang berlapis
baik. Sedangkan di bagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri dari
batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan silang
siur, serta laminasi sejajar. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan
koral dan fission track yang menghasilkan Silur-Devon. Kontak formasi ini
dengan Formasi Aiduna yang terletak di atasnya ditafsirkan sebagai kantak
disconformable (Ufford, 1996).
Formasi Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis
baik dengan sisipan batubara, dan ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai
lingkungan delta, dan secara stratigrafi formasi ini ditindih secara selaras
oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan fosil
brachiopoda yaitu Perm.
Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar
yang berumur Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung
yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining Access
(GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan Tengah. Batuan dasar tersebut
disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit dan kuarsit. Formasi
ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur Karbon
yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum
ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di
sekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau,
Aifat dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang
taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik.
Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma
yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
2. Sedimentasi
Mesozoikum hingga Senosoik
a. Formasi Tipuma
Formasi Tipuma tersebar luas di
Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat perbatasan di sebelah Timur. Formasi
ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan sedikit bercak hijau
muda. Formasi ini terdiri dari batulempung dan batupasir kasar sampai halus
yang berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter. Umur
formasi ini diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di
lingkungan supratidal.
b. Formasi Kelompok Kembelangan
Di daerah Kepala Burung, Formasi
Tipuma ditutupi secara tidak selaras oleh Kembelangan Grup (Kelompok
Kembelangan) yang tak terpisahkan. Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari
Papua Barat hingga Arafura Platform. Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis
batudebu dan batulumpur karboniferus pada lapisan bawah batupasir kuarsa
glaukonitik butiran-halus serta sedikit shale pada lapisan atas, dimana pada
bagian atasnya di sebut Formasi Jass terdiri dari batupasir kuarsa dan
batulempung karbonatan; sedangkan di daerah Leher dan Badan Burung Kembelangan
Grup dapat dibagi menjadi 4 formasi yaitu dari bawah ke atas adalah Formasi
Kopai (batupasir dengan sisipan batulempung), Formasi (batupasir), Formsi
Paniya (batulempung) dan Formasi Eksmai (batupasir). Kelompok ini berhubungan
dengan formasi Waripi dari kelompok Batuan Gamping New Guinea atau New Guinea
Limestone Group (NGLG).
c. Formasi Batu Gamping New Guinea
Selama masa Cenozoik, kurang lebih
pada batas Cretaceous dan Cenozoik,
Pulau New Guinea dicirikan oleh pengendapan (deposisi)
karbonat yang dikenal sebagai Kelompok Batu Gamping New Guinea (NGLG). Kelompok
ini berada di atas Kelompok Kembelangan dan terdiri atas empat formasi, yaitu
(1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen; (2). Formasi Fumai Eosen; (3)
Formasi Sirga Eosin Awal; (3). Formasi Imskin; dan (4). Formasi Kais Miosen
Pertengahan hingga Oligosen.
3. Sedimentasi Senosoik
Akhir
Sedimentasi Senosoik Akhir dalam
basement kontinental Australia dicirikan oleh sekuensi silisiklastik yang
tebalnya berkilometer, berada di atas strata karbonat Miosen Pertengahan. Di
Papua dikenal 3 (tiga) formasi utama, dua di antaranya dijumpai di Papua Barat,
yaitu formasi Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool
berturut-turut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.
4. Kenozoikum
Grup Batugamping New Guinea, Grup
ini dibagi menjadi 4 formasi dari tua ke muada adalah sebagai berikut : Formasi
Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan Formasi Kais. Formasi Waripi terutama
tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupasir kuarsa diendapkan di lingkungan
laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas formasi ini diendapkan
Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping berlapis tebal
(sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan
perlapisan batupasir kuarsa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh
formasi ini sekitar 500 meter.
Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi
Waripi yang juga merupakan sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal.
Formasi ini terdiri dari batuan karbonat berbutir halus atau kalsilutit dan
kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur Eosen.
Formasi Sirga dijumpai terletak
secara selaras di atas Formasi Faumai, terdiri dari batupasir kuarsa berbutir
kasar sampai sedang mengandung fosil foraminifera, dan batuserpih yang setempat
kerikilan. Formasi Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut
dangkal dan berumur Oligosen Awal.
Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga.
Formasi Kais terutama tersusun oleh batugamping yang kaya foraminifera yang
berselingan dengan lanau, batuserpih karbonatan dan batubara. Umur formasi ini
berkisar antara Awal Miosen sampai Pertengahan Miosen dengan ketebalan sekitar
400 sampai 500 meter.
5. Miosen sampai sekarang
Pada Miosen sampai sekarang, di
Papua dijumpai adanya 3 formasi yang dikenal sebagai Formasi Klasaman,
Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai kesamaan litologi, yaitu
batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Ketiga formasi
tersebut di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru yang dijumpai
di daerah Badan Burung pada bagian bawahnya menjemari dengan Formasi Klasafat.
Formasi Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari batupasir lempungan
dan batulanau secara selaras ditindih oleh Formasi Klasaman dan Steenkool.Endapan
aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir,
terutama terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari
rombakan batuan yang lebih tua.
6. Stratigrafi Lempeng
Pasifik
Pada umumnya batuan Lempeng Pasifik
terdiri atas batuan asal penutup (mantle derived rock), island-arc volcanis dan
sedimen laut dangkal. Di Papua, batuan asal penutup banyak dijumpai luas
sepanjang sabuk Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara
Pegunungan Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan Yapen pada umumnya
terbentuk oleh batuan ultramafik, plutonil basik, dan mutu-tinggi metamorfik.
Sedimen dalam Lempeng Pasifik dicirikan pula oleh karbonat laut-dangkal yang
berasal dari pulau-arc. Satuan ini disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas
di Waigeo, Biak, Pulau Yapen dan Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini berkisar
dari Miosen Awal hingga Pliosen.
7. Stratigrafi Zona
Transisi
Konvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik
menghasilkan batuan dalam zona deformasi. Kelompok batuan ini diklasifikasikan
sebagai zona transisi atau peralihan, yang terutama terdiri atas batuan
metamorfik. Batuan metamorfik ini membentuk sabuk kontinyu (>1000 km) dari
Papua hingga Papua New Guinea.
Gambar 2. Stratigrafi wilayah Papua
Tektonik Papua dan Sesar yang ada
di Papua sekarang
Gambar 3. Peta Tektonik Papua
Tektonik Papua saat ini dipengaruhi
oleh pergerakan 2 lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik kearah barat dan lempeng
Indo-Australia yang ke arah utara dengan jalur subduksi terdapat di perairan
utara Papua sampai perairan utara Biak dan perairan barat Fakfak sampai
perairan selatan Kaimana. Dari peta tektonik Papua, terlihat bahwa konvergensi
busur Melanesia dan lempeng Indo-Australia menghasilkan banyak sesar lokal,
jalur sesar pegunungan tengah yang memanjang dari barat ke timur di bagian
tengah pulau Papua, cekungan utara Papua dan pengangkatan di pesisir utara
Papua dan di pegunungan Jayawijaya (2mm/tahun). Sedangkan batas lempeng
tektonik di utara Papua membentuk sesar geser yang terjadi di bagian utara
yaitu Sesar Sorong-Yapen. Sesar ini merupakan sesar geser mengiri, sebelah
utara relatif bergeser ke barat dan bagian selatan relatif bergerak ke timur.
Sudut lereng di sebelah utara lebih curam dibandingkan sebelah selatan. Lereng
curam ini berpotensi longsor dan dapat membangkitkan tsunami ketika ada getaran
gempa. Gempa yang sering terjadi dengan kedalaman dangkal, di sekitar sesar dan
di sekitar leher burung.
Gambar 4. Sesar Sorong
Sesar Sorong merupakan retakan besar
dalam kerak bumi dan selama 40 juta tahun telah melepaskan potongan daratan
yang luas dari Papua sebelah utara dan pulau-pulau yang terbentuk karena adanya
sesar ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi. Sesar
Sorong ini muncul 20 juta tahun yang lalu dan masih aktif berkembang sampai
sekarang. Terlihat dari gambar diatas bahwa sesar ini bukan sesar tunggal
melainkan 2 sesar yang bergabung di daerah sorong dan kemudian terpisah
bercabang di wilayah kepala burung.
Selain Sesar Sorong masih banyak terdapat sesar aktif lain
yang berpotensi menimbulkan gempa merusak di pulau Papua, seperti Sesar Koor
yang membentang dari Raja Ampat sampai Sorong, Sesar Ransiki yang berawal dari
Manokwari sampai Ransiki, sesar Wandamen di sepanjang Teluk Wondama, Sesar
Yapen yang membentang dari barat laut Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun
dan Lipatan Lengguru yang membentang dari timur laut sampai tenggara Fak-fak. Di
bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar Weyland yang
membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire, Sesar Waipona yang membentang
dari timur laut sampai tenggara Nabire, dan Sesar Direwo yang membentang di
utara Enarotali.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan
wilayah ini rawan akan gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak
dan menimbulkan tsunamibatuan dasar Precambrian yang
Pre-Kambrium-Paleozoikum
Di daerah Badan Burung atau
sekitar Pegunungan Tengah tersingkap Formasi Awigatoh sebagai batuan tertua di
Papua yang berumur pre-Kambrium, juga disebut Formasi Nerewip oleh Parris
(1994) di dalam lembar peta Timika. Formasi ini terdiri dari batuan metabasalt,
metavulkanik dengan sebagian kecil batugamping, batuserpih dan batulempung.
Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kariem. Formasi Kariem
tersusun oleh perulangan batupasir kuarsa berbutir halus dengan batuserpih dan
batulempung. Umur formasi ini ditafsirkan sekitar Awal Paleozoikum atau
pre-Kambrium yang didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di bawah
Formasi Modio yang berumum ilur Devon. Penentuan umur Formasi Modia dilakukan
dengan metode fision track dari mineral zirkon yaitu 650+ 6,3
juta tahun yang lalu (Quarles van Ufford,1996).
Didaerah Gunung
Bijih Mining Access (GBMA) dijumpai singkapan Formasi Kariem yang ditutupi
secaradisconformable oleh Formasi Tuaba. Formasi Tuaba tersusun
oleh batupasir kuarsa berlapis sedang dengan sisipan konglomerat dan batuserpih
yang diperkirakan berumur Awal Paleozoikum atau pre-Kambrium.
Selanjutnya di atas Formasi Tuaba
dijumpai Formasi Modio yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah
Anggota A yang didominasi oleh batuan karbonat yaitu stromatolitik
dolostone berlapis baik. Sedangkan dibagian atasnya ditempati oleh Anggota B
yang terdiri dari batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti
planar dan silang siur, serta laminasi sejajar. Umur formasi ini ditentukan
berdasarkan kandungan koral dan fission track yang menghasilkan Silur-Devon.
Kontak formasi ini dengan Formasi Aiduna yang terletak di atasnya ditafsirkan
sebagai kantak disconformable (Ufford, 1996). Formasi Aiduna
dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan sisipan batubara, dan
ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai lingkungan delta, dan secara
stratigrafi formasi
ini ditindih
secara selaras oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan
kandungan fosil brachiopoda yaitu Perm. Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan
dasar yang berumur Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala
Burung yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining
Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan Tengah. Batuan dasar
tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit dan kuarsit.
Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur
Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi
Kemum ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk,
1982).
Selanjutnya
Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar Kepala
Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainim.
Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan
terbentuk di lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik. Satuan ini di
daerah Bintuni ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur
Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
Mesozoikum
Formasi Tipuma terdiri dari batulempung
yang berwarna merah-kehijauan dan batupasir kasar sampai halus yang berwarna
abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter. Umur formasi ini
diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan dilingkungan
supratidal.
Di daerah Kepala Burung, Formasi Tipuma ditutupi secara
tidak selaras oleh Kembelangan Grup yang tak terpisahkan, dimana pada bagian
atasnya di sebut Formasi Jass terdiri dari batupasir kuarsa dan batulempung
karbonatan; sedangkan di daerah Leher dan Badan Burung Kembelangan Grup dapat
dibagi menjadi 4 Formasi yaitu dari bawah ke aas adalah Formasi Kopai
(batupasir dengan sisipan batulempung), Formasi
Geomorfologi Ppua
1. Secara astronomis, irian terletak antara 00 19’ – 100 43’ LS
dan 1300 45’ 1500 48’ BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara
administratif pulau ini terdiri dari papua sebagai wilayah RI dan papua Nugini yang
terlatak di bagian timur. Fisiografi papua dibedakan menjadi tiga bagian:
Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit terhadap pulau utama (1300 – 1350 BT)
Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit terhadap pulau utama (1300 – 1350 BT)
2. Pulau utama atau tubuh (1350 – 143,50 BT)
3. Bagian timur termasuk ekor (143,50 – 1510 BT)
Di sebelah utara
papua terdapat bagian Samudra Pasifik yang dalamnya 4000m, dibatasi oleh
kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-pulau karang yang muncul terjal dari
dasar samudra itu (Mapia di sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian
samudra ini merupakan block kontinen yang tenggelam. Block kontinen yang
tenggelam di sebelah utara Papua ini dianggap sebagai tanah batas “Melanesia”.
Kearah selatan, Dangkalan Sahul (laut Arafura) dan selat torres menghubungkan
Papua dengan Australia.
1. Kepala burung dan Leher
`Sejajar dengan
pantai utara Kepala burung terjadi rangkaian pegunungan yang membujur
timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Ini terbagi oleh utara dan selatan
oleh sebuah depresi memanjang. Rangkaian utara tersusun dari batuan volkanis
neogen dan kuarter yang diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat
solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari sediment tertier bawah dan per-tertier
yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian melengkung ke selatan sampai
pegunungan lima. Bagian utara kepala burung dipisahkan terhadap bagian selatan
(Bombarai) oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena sedimentasi
yang besar dan di tandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan
bukit-bukit yang terpisah-pisah.
2. Batang atau
Daratan Utama
Bagian utara pulau
ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar atau
sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit,
yaitu depresi memberamo-bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalaur
pantai utara daratan utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk
geelvink di sepanjang danau rambebai dan sentani sapai ke pantai finch dengan
aitape. Disebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan kompleks
yang disebut rangkaiana pembagi utara. Rangkaian pembagi utara ini merupakan
deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di bagian barat dan
muara sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak dom (1340 m),
ke arah timur pegunungan van rees, yang secara melintang terpotong oleh sungai
mamberamo, yang di ikiuti oleh pegunungan gauttier (>1000 m), pegunungan
poya, karamoor, dan bongo. Di sebelah selatan pegunungan Cyclops terdapat
sebuah sumbu depresi.
3. Bagian timur (“ekor”) Papua
3. Bagian timur (“ekor”) Papua
Mulai 143,50 BT
garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian timur
menujukkan beberapa bentang alam yang berbeda dengan daratan utama. Di antara
rangkaian timur laut dan rangkaian tengah, terbentang sebuah depresi, ditandai
oleh lembah-lembah Ramu dan Markham. Ke arah timur zone ini melintas sampai
teluk Huon. Rangkaian tengah, dimana rangkaian victoe emanuel merupakan bagian
yang relatif sempit dari sistem pegunungan lengan papua. Perbedaan antara
rangkaian tengah di bagian barat daratan utama pada satu pihak dan bagian timur
serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan volkanisme tertier dan
kuarter di bagian timur tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat unsur
volkan lain, seperti gunung lamington, Trafalgar, victory goropu, dan gunung
dayman. Jalur volkanis membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung tenggara
ekor papua. Jalur tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem
orogen, sedangkan zone luar yang tidak volkanis merupakan pulau-pulau trobriand
dan eoodlark, terletak sampai di sebelah utaranya.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Fisiografi
Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian Kepala
Burung, Leher dan Badan. Bagian utara Kepala Burung merupakan
pegunungan dengan relief kasar, terjal sampai sangat terjal. Batuan yang
tersusun berupa batuan produk vulkanisme, batuan ubahan, dan
batuan intrusif asam sampai intermedier.
Morfologi ini berangsur berubah ke arah baratdaya berupa
dataran rendah aluvial, rawa dan plateaubatugamping.Bagian Badan
didominasi oleh pegunungan tengah,
dataran pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan di selatan berupa dataran
dan rawa pada permukaan dekat laut.
2. Geologi
Papua merupakan manfestasi dari suatu periode
endapan sedimentasi dengan masa yang panjang, yang berada pada tepi
Utara Kraton Australia yang pasif. Proses sedimentasi tesebut berawal
pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapannya berfluktuasi
dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam. Proses sedimentasi
ini menhasilkan endapan batuan klastik
kuarsa, lapisan batuan merah karbonatan, dan berbagai batuan
karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New Guinea yang berumur
Miosen. Tebal
keseluruhan endapan ini mencapai + 12.000
meter.
3. Konfigurasi
Tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng
Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng
Australia yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.
4. Di
daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap Formasi
Awigatoh sebagai batuan tertua di Papua yang berumur pre-Kambrium, juga disebut
Formasi Nerewip.
DAFTAR PUSTAKA
Sapiie, Benyamin. 2000. An Outline Of
The Geology Of Indonesia (Irian Jaya).
Ikatan Ahli Geologi Indonesia – IAGI
http:/www.papua.go.id/ddppeqtamben/pro11111.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar